MK
SOSIOLOGI UMUM
|
Tanggal : 9
Oktober 2014
|
Nama : Muhammad Kurnia Nasution (E14140022)
|
Ruang :
CCR 2.15 (Q04.1)
|
Praktikum VI Masyarat dan Kebudayaan
OMPU MONANG NAPITUPULU
INGIN SEDERHANAKAN BUDAYA BATAK
Oleh : Arbain Rambey
KEHIDUPAN SUKU DAYAK KENYAH DAN MODANG DEWASA INI
Inventarisasi Sebuah Proses Pemiskinan
Oleh : Franky Raden
Nama Asisten:
Ulfi
Urfillah/I29120032
Tri Nungroho
Wicaksono/I39120064
Ikhtisar Bacaan I
Parbato atau Pertungkoan Batak Toba, yang berdiri
pada Agustus 1997 mengajak seluruh masyarakat Batak Toba untuk mengusir
perusahaan yang merusak lingkungan Bona Pasogit. Ada banyak sub-etnis Batak
salah satunya adalah Batak Toba. Watak keras tampak jelas pada salah satu putra
Batak yaitu Ompu Monang. Ompu Monang adalah satu anggota dari Parbato. Ompu
monang mengatakan pentingnya tiap etnis di Indonesia punya kesadaran
solidaritas kecil yang akhirnya berguna untuk solidaritas Indonesia secara
keseleruhan.
Kehangatan kekerabatan dalam budaya Batak sangat
terlihat. Contohnya saja pada upacara perkawinan Batak Toba. Selain dalam
undangan tertera banyak sekali nama pengundang, pada pestanya pun hampir tiap
orang merasa penting dan punya hubungan kekerabatan sangat dekat dengan mempelai.
Kekerabatan ini membawa arus positif dan juga negatif. Positifnya adalah sudah
hampir tidak ada orang Batak Toba yang buta huruf saat ini. Tanggung jawab
pendidikan sudah menjadi tanggung jawab kolektif. Negatifnya adalah dalam acara
perkawinan Suku Batak Toba sangat banyak membuang waktu dan juga boros
mengeluarkan uang, karena orang tua gengsi dan mengeluarkan banyak uang dalam
acara perkawinan tersebut.
Parbato sudah beberapa menyelenggarakan seminar
dengan dana puluhan juta untuk membahas penyelewengan adat Batak Toba. Namun
hasilnya hanya cetakan belum ada tindakan nyatanya. Untuk mengatasi kebuntuan
ini, Ompu Monang akhirnya ” mengorbankan ” diri sendiri. Pada pesta perkawinan
anaknya dia tetap melaksanakannya dengan adat batak, namun tidak boros mengeluarkan
uang dan juga efisien.
Sumber : Modul Praktikum
Sosiologi Umum 2007/2008
Ikhtisar Bacaan II
Suku Dayak Kenyah dan Modang yang terletak di Kecamatan
Ancalong, kota tenggarong Kalimantan
Timur memiliki kesenian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Artinya kesenian bukan sustu
peristiwa khusus seperti pada masyarakat modern di kota. Suku kenyah, konon
juga suku Modang, berasal dari daerah pegunungan yang bernama Apoyakan di
sebelah Utara Kalimantan Timur dan merupakan daerah yang terisolir. Saat itu
mereka hidup dalam keutuhan bentuk kebudayaan dan nilai mereka yang asli. Namun
setelah kedatangan misionaris
Belanda yang membawa agama Kristiani, banyak terjadi konflik diantara mereka
dan berujung pada perpecahan. Selain masalah keagamaan, kesulitan memperoleh
barang kebutuhan baru menjadi penyebab timbulnya konflik. Karena konflik
tersebut, ada diantara mereka yang memutuskan untuk meninggalkan daerah
asalnya. Inilah awal dari proses pemiskinan yang menggerogoti setiap sisi
kehidupan mereka.
Suku
dayak Kenyah dan Mondang yang hidup disepanjang sungai Kelinjau terlihat sepintas lalu kehidupan mereka
sehari-hari kelihatan berkecukupan. Namun kenyataannya tidak demikian. Arus
perekonomian dikuasai oleh para pendatang yang mendirikan warung. Akhirnya,
kondisi perekonomianlah yang menjadi salah satu faktor yang paling kuat dalam
mengakibatkan kegoncangan dan memojokkan kehidupan orang-orang Dayak. Kondisi
ini juga berdampak pada kebudayaan dan kesenian mereka yang terdistorsi.
Contohnya, Lamin yang merupakan manifestasi dari tata cara pemerintah dan
susunan masyarakat serta merupakan titik sentral dari aktivitas kehidupan
mereka dalam ruang penghayatan kebersamaan yang eksistensial, akhirnya
tereduksi menjadi bangunan megah yang mati karena setiap keluarga saat ini
sudah mempunyai rumah sendiri. Akibat dari proses desentralisasi ini yaitu
kesenian menjadi terpisah dari kehidupan sehari-hari mereka. Kondisi ini, tidak
dapat dilepaskan dari penanganan dan tanggungjawab pemerintah daerah. Tetapi
usaha dari pemerintah ini hanya menjebak mereka ke dalam masalah yang rumit.
Faktor terjahat yang menggoncangkan
kehidupan masyarakat Dayak adalah munculnya penguasa hutan yang mendadak
mengunci hutan untuk daerah perladangan yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Ini membuat mereka pontang-panting berusaha mencari alternatif hidup lain. Menurut
suku Dayak, tanggalnya sebuah roda kehidupan yang menggerakkan seluruh sistem
nilai mereka, merupakan titik awal dari munculnya khaos. Dari sini jelas bahwa
proses pemiskinan yang mereka alami adalah proses pemiskinan nilai secara
keseluruhan di tiap sisi kehidupan. Fakta yang dekat dari signifikan masalah
ini terlihat jelas pada kehidupan suku Dayak Umak Tau di kampung Tanjung Manis.
Kampung ini adalah kampung yang paling miskin dan rawan di seluruh kecamatan.
Tetapi, di dalam diri mereka terdapat jiwa gotong royong dan kooperatif. Mereka
dan suku Dayak lainnya sangat merindukan cara hidup yang lama.
Sekarang menjadi jelas bahwa masalah kemiskinan di negeri kita bukan hanya
masalah bagaimana manusia dapat dapat hidup layak. Tetapi yang lebih mendasar
adalah bagaimana menghormati dan memberi hak hidup mereka di atas nilai kultur
tradisi sendiri. Hikmah dan kesadaran akan dimensi nilai ini harus diambil
untuk membangun strategi politik bangsa kita. Masalah yang dihadapi oleh suku
Dayak ini sebenarnya adalah miniatur masalah yang terjadi di Indonesia.
Masuknya sistem nilai kota mendadak membuat
mereka sadar bahwa mereka miskin. Reaksi mereka kemudian adalah lekas-lekas
menjual harta kebudayaan mereka yang laku kepada orang
kota atau menjadi pengemis di hadapan orang-orang asing. Dalam bentuk
ekstrimnya melalui turisme ini kita menjual bangsa sendiri yang belum siap sama
sekali dihadapkan secara frontal kepada suatu jaringan mekanisme kehidupan
modern yang manifestasinya dihadapan mereka hanyalah kelimpahan materi.
Masalah ini membuktikan bahwa masyarakat kita masih berada dalam
kondisi yang anarkis, tidak ada yang superior antara satu dengan yang lainnya.
Kita yang saat ini berada pada posisi yang aktif dan memiliki otoritas
seharusnya dapat mengerem proses tersebut kalau kita menyadari bahayanya. Dan
saat ini masalah yang harus kita hadapi adalah bagaimana membawa dan
memanfaatkan semua posisi dan kemungkinan untuk kepentingan negara dan
masyarakat banyak.
Sumber : Modul Praktikum
Sosiologi Umum 2007/2008
Analisis Bacaan I
1. Jelaskan unsur-unsur
dan wujud-wujud kebudayaan yang terdapat dalam kedua bacaan!
Unsur
|
Idiil
|
Aktivitas
|
Fisik
|
Bahasa
|
Kaidah
Berbahasa.
|
Suka
berbicara ceplas-ceplos dan keras.
|
Berbicara
di iklan dengan keras.
|
Sistem
Teknologi
|
Modernisasi
masyarakat.
|
Membuat
ulos menggunakan mesin.
|
Surat
kabar, mesin ulos
|
Sistem
Ekonomi
|
Memenuhi
kebutuhan
|
Jual-beli
, pemborosan uang saat acara pernikahan dan pembuatan makam
|
Jual beli
ulos, usaha pembuatan makam.
|
Organisasi
Sosial
|
Menyelesaikan
masalah bersama
|
Memasang
iklan di surat kabar, seminar Parbato.
|
Parbato.
|
Sistem
Pengetahuan
|
Pendidikan
modern.
|
Memberikan
pendidikan kepada anggota keluarganya.
|
Orang
Batak yang berprofesi sebagai dokter relatif banyak.
|
Kesenian
|
Pelestarian
budaya.
|
Perkawinan
adat Batak Toba, menenun kain ulos.
|
Kain Ulos.
|
Sistem
Religi
|
Kepercayaan
nenek moyang.
|
Pemberian
nasihat kepada para mempelai dalam upacara keagamaan
|
Makam
Batak Toba, tempat ibadah, upacara keagamaan
|
2. Jelaskan integrasi dan diversitas kebudayaan
yang terjadi di dalam kedua bacaan!
Pada
bacaan yang pertama yaitu menegnai kehidupan adat Suku Batak Toba terlihat
jelas bahwa adanya proses integrasi kebudayaan yang terjadi. Ompu Monang
Napitupulu ingin merubah kebudayaan Batak yang sangat boros terutama dalam
biaya upacara pernikahan yang sangat mahal. Contohnya adalah dalam pembelian
ulos yang terlalu banyak.
Ompu
monang juga ingin menghilangkan budaya Batak mengenai pembuatan makam Batak
yang sangat boros dalam biaya, mereka berlomba membuat makam sebesar besarnya.
Ompu monang berusaha mengurangi pemborosan dengan cara mengadakan
seminar-seminar tentang penghematan dalam acara Batak, dan juga memberi contoh
kepada warga Batak dengan pernikahan putrinya dengan cara yang sederhana.
Analisis Bacaan II
1. Jelaskan unsur-unsur
dan wujud-wujud kebudayaan yang terdapat dalam kedua bacaan!
Unsur
|
Idiil
|
Aktivitas
|
Fisik
|
Bahasa
|
Kaidah
Berbahasa
|
Berkomunikasi
secara langsung.
|
Pantun
dan cerita-cerita historis.
|
Sistem Teknologi
|
Menggunakan
teknologi modern
|
Mendengar
musik, menggiling padi menggunakan mesin.
|
Radio,
kaset, jam tangan, sepatu, mesin penggiling padi, mesin jahit, perahu dagang.
|
Sistem
Ekonomi
|
Sistem
ekonomi yang mengadaptasi sistem masyarakat kota
|
Menanam kacang
kedelai, taktik barter, jual-beli, taktik ijon.
|
Pasar, warung
dagang dan kebutuhan harian.
|
Organisasi
Sosial
|
Pemerintah
bertanggung jawab
|
Pemerintah
memberikan perhatian terhadap masyarakat.
|
Balai
pengobatan, lembaga sosial desa
|
Sistem
Pengetahuan
|
Pendidikan
|
Pendidikan
informal, pendidikan formal.
|
Sekolah,
belajar di rumah
|
Kesenian
|
Melestariakan
kesenian
|
Masyarakat
sudah meninggalkan Lamin karena sudah mempunyai rumah sendiri.
|
Lamin
|
Sistem
Religi
|
Masuknya
misionaris Belanda
|
Berpindah
kepercayaan dari memuja roh nenek moyang berubah menjadi Kristiani
|
Tempat
Ibadah
|
2. Jelaskan integrasi dan diversitas kebudayaan
yang terjadi di dalam kedua bacaan!
Pada
bacaan yang kedua mengenai kehidupan Suku Dayak Kenyah dan Modang terliahat
adanya diversitas kebudayaan yang terjadi. Masing-masing pihak memperthankan
kebudayaannya. Contohnya ketika misionaris Belanda membawa ajaran Kristiani
terjadi bermacam-macam soal baru dalam masyarakat.
Suku
kenyah tetap mempertahankan kepercayaan lama mereka namun ada beberapa orang
berpindah mempercayai ajaran Kristiani sehingga terjadinya konflik diantara
mereka. Contoh lainnya adalah masyarakat suku kenyah yang sudah tidak betah
pindah ke kota karena kesulitan mencari barang
meninggalkan kesenian dan kebudayaan mereka yaitu rumah adat Lamin. Mereka lebih memilih tinggal di
kota dengan rumah yang lebih modern. Namun masih ada juga masyarakat yang tetap
mempertahan Lamin sebagai tempat
tinggal mereka.
Sumber : Lms.ipb.ac.id
Comments
Post a Comment