Mata kuliah
: Perlindungan Hutan
Hari/tanggal
: Selasa / 22 Maret 2016
Kelas
: Manajemen Hutan Selasa Pagi
PENGUJIAN
KEKOMPAKAN BAHAN BAKAR
Kelompok :
2 (Dua)
Muhammad Kurnia Nasution E14140022
Dosen Praktikum :
Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si.
Asisten Praktikum :
Erekso Hadiwijoyo, S.Hut.
DEPARTEMEN
SILVIKULTUR
FAKULTAS
KEHUTANAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembakaran adalah
serangkaian reaksi-reaksi kimia eksotermal antara bahan bakar dan oksidan
berupa udara yang disertai dengan produksi energi berupa panas dan konversi
senyawa kimia (Hakim 2009). Proses pembakaran merupakan kebalikan dari proses
fotosintesis. Sehingga, dalam proses pembakaran yang dihasilkan adalah
karbondioksida, air, dan panas. Pada proses pembakaran dapat dilihat dalam
konsep segitiga api. Menurut Suratmo (1985) “ terjadinya kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur yaitu sumber panas, bahan bakar, dan oksigen. Teori tersebut
dikenal sebagai teori segitiga api (fire
triangle)”. Prinsip segitiga api ini dipakai sebagai dasar untuk
mencegah kebakaran (mencegah api agar tidak terjadi) dan menanggulangi api
yakni memadamkan api yang tidak dapat dicegah (Abdullah 2002).
Salah satu penyebab timbulnya api yaitu bahan bakar. Berdasarkan
tingkatan atau susunan secara vertikal, bahan bakar dapat diklasifikasikan
menjadi tiga bagian yaitu bahan bakar atas, bahan bakar permukaan, bahan bakar
bawah. Selain tipe bahan bakar , karakteristik bahan bakar yang mempengaruhi
mudah atau tidaknya terbakar adalah ukuran bahan bakar, susunan bahan bakar,
jumlah bahan bakar , kekompakan bahan bakar dan kondisi bahan bakar. Sifat bahan bakar yang mempengaruhi
proses terjadinya kebakaran yaitu jenis bahan bakar, volume bahan bakar,
kandungan air dari bahan bakar, serta susunan atau kekompakan bahan bakar
(Saharjo 2006). Kekompakan suatu bahan bakar mempengaruhi
cepat atau tidaknya api menjalar melalui bahan bakar tersebut. Kekompakan bahan
bakar terbagi dalam dua jenis, yaitu bahan bakar padat atau kompak (seperti:
kayu, cabang kayu, pohon tumbang, dan kayu keras) dan bahan bakar halus
(seperti: alang-alang, semak belukar, daun, dan kayu lunak).Praktikum kali ini akan dilakukan
pengujian kekompakan beberapa bahan bakar tersebut terhadap proses pembakaran
(Akbar 1994).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
kekompakan bahan bakar terhadap proses pembakaran.
BAB II
METODE DAN BAHAN
2.1 Alat dan Bahan
1.
3 Balok Kayu
2.
3 Serutan Kayu ( 20 gram)
3.
Kawat Kassa
4.
Pembakar Bunsen
5.
Korek Api
6.
Pinset
7.
Kaki Tiga
8.
Penggaris
9.
Alat Pengukur Waktu
10.
Timbangan Analitik
2.2 Metode
1. Siapkan alat dan
bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Letakkan satu
balok kayu/serutan kayu di atas kawat
kassa yang sudah dirangkai dengan kaki tiga.
3. Nyalakan pembakar
bunsen dan letakkan di bawah rangkaian kaki tiga, pastikan lidah api menyentuh
balok/serutan kayu tersebut.
4. Hitung tinggi api
dan waktu yang dibutuhkan sampai balok/serutan
kayu
terbakar.
5. Setelah balok kayu/serutan terbakar, pindah atau geser pembakar bunsen dari
balok kayu.
6. Hitung tinggi api
tertinggi dan tinggi api terendah ( hampir padam) ketika membakar balok kayu/serutan kayu tersebut, serta hitung lamanya waktu nyala api yang
membakar balok kayu/serutan kayuterbakar sampai padam.
7. Setelah api padam,
amati sisa-sisa pembakaran (berapa persen balok kayu terbakar oleh api).
8.
Lakukan langkah – langkah di atas sebanyak tiga kali pengulangan
pada balok dan serutan kayu.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembakaran
Serasah Kayu
Ulangan
Ke-
|
Lama
Penyulutan (detik)
|
Lama
Penyalaan (menit)
|
Tinggi
Api (cm)
|
Persen
Terbakar
|
1
|
6
|
2,31
|
31
|
83
%
|
2
|
9
|
4,11
|
34,5
|
83
%
|
3
|
7
|
2,21
|
42,5
|
83
%
|
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pembakaran
Balok Kayu
Ulangan
Ke-
|
Volume
Balok (m3)
|
Lama
Penyulutan (menit)
|
Lama
Penyalaan (menit)
|
Tinggi
Api (cm)
|
Persen
Terbakar
|
1
|
24,73
|
1,50
|
3,07
|
11
|
10
%
|
2
|
13,34
|
1,36
|
2,52
|
9
|
15
%
|
3
|
22,68
|
1,47
|
1,29
|
7
|
15
%
|
3.2 Pembahasan
Kekompakan suatu
bahan bakar mempengaruhi cepat atau tidaknya api menjalar melalui bahan bakar
tersebut.. Menurut Akbar (1994), bahwa semakin kompak bahan bakar menyebabkan
penjalaran api yang terjadi semakin sulit untuk merambat pada bahan bakar
tersebut. Praktikum kali ini menguji dan membandingkan kekompakan bahan bakar
padat dan bahan bakar halus yaitu balok kayu dan serutan kayu. Hasil pengamatan
pada balok kayu dan serutan kayu memliki perbedan-perbedaan mulai dari lama
penyulutan, lama pembakaran, tinggi api, dan persen terbakar pada setiap
ulangan.
Pada pengujian
balok kayu ukuran mempengaruhi proses pembakaran. Balok kayu yang memiliki
volume yang besar cenderung lebih lama tersulut dan lebih lama terbakar. Hal
tersebut sesuai yang dijelaskan (Purbowaseso 2004), “bahwa ukuran bahan bakar
mempengaruhi mudah tidaknya bahan bakar pada proses pembakaran. Perbedaan massa
antara ketiga balok kayu bisa disebabkan oleh perbedaan volume yang menyebabkan
perbedaan kadar air. Kayu yang memiliki kadar air yang tinggi akan sulit
terbakar, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk api dalam menguapkan
semua air yang terdapat dalam kayu”. Namun balok kayu pada pengulangan ketiga
walaupun berukuran lebih besar memiliki waktu pembakaran yang lebih cepat di
bandingkan pada balok kayu pengulangan kedua yang memiliki ukuran lebih kecil.
Hal ini di pengaruhi oleh faktor- faktor seperti angin dan penyulutan yang
belum stabil.
Pengujian kekompakan pada serutan kayu
walapaun memiliki hasil yang berbeda – beda cenderung mempunyai waktu yang
sama. Perbedaan waktu pada setiap ulangannya di pengaruhi oleh penempatan
serutan kayu di atas kawat kassa. Penempatan serutan kayu di bedakan secara dua
perlakuan yaitu di sebar agak merata dan ditumpuk. Serutan kayu yang disebar
agak merata memilik waktu pembakaran yang lebih cepat di bandingkan serutan
kayu yang ditumpuk. Rata- rata waktu yang dibutuhkan untuk membakar serutan
kayu yaitu 3,18 menit lebih lama di bandingan dengan balok kayu yang hanya 2,29
menit. Hal ini terjadi karena balok
kayu merupakan bahan bakar yang lebih sukar terbakar dibandingkan dengan serutan
kayu.
Faktor angin sangat berpengaruh terhadap proses pembakaran . Nyala api yang
kecil akan lebih gampang padam apabila terkena hembusan angin, berbeda dengan
nyala api yang besar apabila terkena angin nyala api semakin membesar.
BAB IV
KESIMPULAN
Kekompakan bahan bakar
berhubungan dengan kepadatan bahan bakar, sifat-sifat fisik kayu, kerapatan
pori pada kayu, serta suplai oksigen pada bahan bakar. Kekompakan bahan bakar
dapat mempengaruhi lama penyulutan dan lama pembakaran. Kekompakan Bahan bakar
padat (balok kayu) lebih besar daripada kekompakan bahan baku halus (serbuk
kayu). Hasil percobaan membuktikan bahwa balok kayu lebih sulit merambat dalam penjalaran
sebagai proses pembakaran di bandingkan dengan serbuk kayu. Bahan bakar yang
memiliki kekompakan yang tinggi akan sulit terbakar namun apabila terbakar akan
memberikan waktu penyalaan api yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M J, Ibrahim, Abdul R. 2002. The
influence of forest fire in Peninsular Malaysia: Hisrory, root causes,
prevention, and control. Makalah disajikan pada Workshop of Prevention and Control of Fire in Peathlands, 19-21
March 2002,Kuala Lumpur, Malaysia.
Akbar A. 1994. Api Hutan dan Strategi
Pemadamannya. Majalah Kehutanan Indonesia. Puskap Fisip USU : Wim dan Yayasan
Sintesa. Edisi 06. (Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Pencegahan dan
Pemadaman Kebakaran Hutan. JICA). Tahun Terbit 2006: Hal 6.
Hakim W, Sunanto
S. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Dasar 2.
Surabaya (ID) : jurusan Kimia FMIPA UNESA.
Purbowaseso
B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan.
Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Saharjo BH. 2006. Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Lestari Perlukah
Dilakukan. Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan, Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Suratmo FG. 1985. Ilmu Perlindungan Hutan. Bagian
Perlindungan Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID). IPB Press.
Comments
Post a Comment