Skip to main content

Laporan Perlindungan Hutan Pengaruh Topografi Terhadap Laju Penjalaran


Mata kuliah     : Perlindungan Hutan
Hari/tanggal    : Selasa / 19 April 2016
Kelas               : Manajemen Hutan Selasa Pagi



PENGARUH TOPOGRAFI TERHADAP LAJU PENJALARAN

Kelompok :
2 (Dua)

Muhammad Kurnia Nasution  E14140022


Dosen Praktikum :
    Ati Dwi Nurhayati, S.Hut, M.Si.

Asisten Praktikum :
Erekso Hadiwijoyo, S.Hut.










DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

            Kebakaran hutan merupakan pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati yang tetap berdiri, log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon. (Saharjo 2003). Kondisi kandungan air pada bahan bakar sangat berpengaruh terhadap sifat api, bahan bakar yang kandungan aimya rendah akan terbakar lebih mudah dan api akan menjalar lebih cepat. Keadaan kandungan air bahan bakar tersebut sangat dipengaruhi oleh temperatur, lama penyinaran matahari, kelembaban udara, curah hujan terakhir, kadar air tanah, jenis vegetasi serta topografi (Arianti, 2002).
Topografi adalah gambaran permukaan bumi yang meliputi relief dan posisi alamnya serta ciri-ciri yang merupakan hasil dari buatan manusia serta merupakan salah satu dari faktor kebakaran hutan. Faktor topografi ikut berperan dalam kebakaran hutan dan lahan. Ada tiga faktor tofografi yang biasanya berperan penting yaitu kemiringan, arah lereng, dan medan . Factor – factor topografi yang penting meliputi aspek, elevasi, daerah curam, tebing dan jeram. Kelerengan mempengaruhi penjalaran api, sifat – sifat dari nyala api dan perilaku api lainnya (Weise 1996).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui laju penjalaran pada berbagai kemiringan.

BAB II
METODE DAN BAHAN


2.1 Alat dan Bahan


1.      Korek Api                                           4. Statif (penyangga)
2.      Lidi                                                     5. Pencatat Waktu
3.      Penggaris

2.2 Metode
1.            Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan.
2.            Mengukur panjang lidi awal.
3.            Mengatur posisi bahan bakar ( lidi ) di penyangga pada berbagai kemiringan. Posisi kemiringannya yaitu pada 0º, 45º, 90º, 135º, dan 180º.
4.            Menyulut lidi dengan korek apai dan mencatat waktu penjalaran api hingga apinya padam.
5.            Mengukur kembali panjang lidi setelah proses pembakaran atau penjalaran api.
6.            Mengulangi langkah yang sama pada setiap posisi kemiringan hingga tiga kali pengulangan.
7.            Mencatat hasil praktikum pada tabel yang telah ada.

  
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1 Hasil Pengamatan Pembakaran Lidi Pada Kemiringan Berbeda


Posisi Lidi
Lama padam (detik)
Panjang lidi terbakar (cm)
Laju Penjalaran (cm/detik)
1
2
3
1
2
3
0
32,21
30,38
26,94
29,84
0,50
1,00
0,70
0,73
0,025
45
30,86
34,97
31,66
32,50
1,50
1,50
1,50
1,50
0,046
90
42,78
43,03
36,85
40,89
1,40
1,40
1,30
1,37
0,033
135
96,00
107,77
88,08
97,28
7,70
9,70
8,27
8,56
0,088
180
44,77
56,45
71,94
57,72
10,00
10,00
10,07
10,02
0,174


3.2 Pembahasan
            Pada dasarnya ada tiga faktor yang memengaruhi perilaku api, yaitu karakteristik bahan bakar, faktor cuaca dan iklim, serta topografi. Pada praktikum ini dilakukan pengujian tentang pengaruh posisi bahan bakar (topografi) terhadap laju penjalaran api. Bahan bakar yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lidi dengan posisi atau kemiringan dalam berbagai sudut yaitu 0o , 45o , 90o,  135o , dan 180o . Hal yang diamati dalam praktikum ini lama api padam dan panjang lidi terbakar.

                Lidi posisi 180o mempunyai laju penjalaran tertinggi yaitu sebesar 0,174 cm/detik. Pada posisi 1800 laju penjalaran tertinggi disebabkan karena pembakaran terjadi hampir pada seluruh daerah api dan membakar bahan bakar yang berada tepat di atasnya. Pada posisi ini api dapat memanaskan bahan bakar di atasnya yang menyebabkan penurunan kadar air bahan bakar sehingga laju penjalaran semakin cepat. Menurut Purbowaseso (2004) bahan bakar dengan kemiringan sangat curam memungkinkan terjadinya lidah api yang besar, sehingga hal ini mempercepat pengeringan bahan bakar. Bahan bakar yang kering akan mudah dan cepat bersulut api. Pada lereng curam api akan cepat ke arah puncak dan lambat ke arah bawah. Semakin curam kemiringan akan semakin cepat pula api menjalar. Laju penjalaran api dipengaruhi oleh kemiringan.

Pada posisi 0 derajat, laju penjalarannya paling rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu  pembakaran hanya terjadi pada bagian pangkal api , sudut yang terbentuk antara api dan bahan bakar sangat besar sehingga laju penjalaran berlangsung dengan lambat dan tidak dapat membakar bahan bakar di bawahnya karena sifat api yang tegak lurus ke atas. Pada posisi 0o, 450, dan 900 lidi tidak habis terbakar karena bahan bakar berada pada posisi lebih rendah dan setara dengan api, sudut yang terbentuk juga besar sehingga laju penjalaran berlangsung secara lama. Pada posisi 1350 dan 1800 lidi terbakar secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena posisi bahan bakar berada di atas bahan bakar. Grafik hubungan antara posisi lidi dan laju penjalaran cenderung meningkat namun pada kemiringan 90o terjadi penurunan. Hal ini disebabkan oleh kesalahan pengukuran panjang lidi terbakar dan kesalahan pencacatan waktu. Kondisi bahan bakar yang berbeda juga memungkinkan penurunan laju penjalaran pada proses pembakaran.
BAB IV
KESIMPULAN

Posisi bahan atau topografi dalam proses pembakaran dapat mempengaruhi proses laju penjalaran. Semakin curam kemiringan akan semakin cepat pula api menjalar. Laju penjalaran api dipengaruhi oleh kemiringan. Kemiringan ini yang dapat menentukan cepat atau lambatnya api dapat menjalar. Dalam hal ini pada posisi 180º (posisi bahan bakar tegak) laju penjalarannya paling tinggi. Hal ini terjadi karena api yang terletak di bawah bahan bakar (1800) akan lebih mudah menjalar ke atas dan menghabiskan bahan bakar.
                                           DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, E. 2002. Karakteristik Kebakaran Limbah Vegetasi Hutan Rawa Gambut di Desa Pelalawan Propinsi Riau [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor.

Saharjo BH.  2006. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Lestari Perlukah  Dilakukan. Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan, Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Purbowaseso B. 2004. Suatu Pengantar Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta (ID ) : Rineka Cipta.

Weise DR, Biging GS (1996) Effects of wind velocity and slope on flame properties. Canadian Journal of Forest Research 26, 1849–1858. doi:10.1139/X26-210





Comments

Popular posts from this blog

SOAL ESSAY BIOLOGI TENTANG SEL

SOAL ESSAY BIOLOGI 1. Jelaskan definisi sel menurut anda! Sel adalah bagian struktural dan fungsional dari setiap organisme. Beberapa organisme, misalnya bakteri, merupakan uniseluler, yaitu terdiri dari hanya satu sel saja. Beragam organisme lainnya, misalnya manusia, adalah multiseluler (manusia diperkirakan memiliki 100.000 miliar sel dalam tubuhnya). Teori tentang sel yang pertama kali dikemukakan pada abad ke-19 menyatakan bahwa semua organisme tersusun atas satu atau lebih sel. Setiap sel berasal dari sebuah sel lainnya. Seluruh fungsi vital bagi organisme terjadi di dalam sel dan sel-sel tersebut mengandung informasi genetik yang dibutuhkan untuk mengatur fungsi sel dan memindahkan informasi kepada sel-sel generasi berikutnya. Kata “sel” berasal dari kata dalam bahasa Latin cella , yang artinya adalah ruang kecil. Nama ini dipilih oleh Robert Hooke karena ia melihat adanya kesamaan antara sebuah sel dan sebuah ruangan kecil. Set

SOAL-SOAL ESSAY BIOLOGI TENTANG SISTEM PENCERNAAN

1.   Jelaskan perbedaan antara pencernaan mekanis dengan pencernaan kimiawi? Kalau secara mekanis dilakukan oleh gigi-gigi di dalam mulut sedangkan secara kimiawi    dilakukan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh saluran pencernaan. 2. Apakah manfaat dari makanan berserat dan apa yang terjadi jika kekurangan serat? Makanan berserat dapat mencegah kegemukan dan meningkatnya kolesterol darah, menyerap racun di usus, memudahkan buang air besar dan juga member rasa kenyang. Kekurangan serat dapat menimbulkan sembelit dan kanker usus . 3. Apakah fungsi dari Enzim Ptialin sebutkan contohnya? Enzim ptialin berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula yaitu maltose dan glukosa. Contohnya jika kalian membiarkan nasi di dalam mulut yang mula-mula terasa tawar, beberapa saat kemudian akan terasa manis. 4. Sebutkan beberapa gangguan dan kelainan pada system pencernaan makanan?       Diare atau mencret adalah gangguan penyerapan air di usus besar sehingga a

PERBEDAAN ANTARA CURAHAN TENAGA KERJA DAN HARI ORANG KERJA (HOK)

Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK). Satuan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung besarnya tenaga kerja adalah satu HOK atau sama dengan satu hari kerja pria (HKP), yaitu jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses pruduksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk meyetarakan, dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah penelitian. Hasil konversinya adalah satu hari pria dinilai sebagai satu hari kerja pria (HKP) dengan delapan jam kerja efektif per hari. (Rahim dan Dian, 2008) Universitas Sumatera Utara Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga keraj adalah HKO (hari kerja orang) dan JKO (jam kerja orang). Pemakaian HKO ada kelemahanya karena masing-masing daerah berlainan (1 HKO di daerah B belum tentu sama dengan 1 HKO di daerah A) bila dihitung jam kerjanya. Sering kali dijumpai upah borongan yang sulit dihitung, baik HKO maupun JKO-nya (Surati