Skip to main content

LAPORAN PEMANENAN HUTAN SIMULASI PENEBANGAN DAN PENYARADAN


SIMULASI PENEBANGAN DAN PENYARADAN

Kelompok 2

Erlina Setyaningsih                 E14140015
Muhammad Kurnia Nasution  E14140022
Adhiwiguna Praktita               E14140030
Luvya Syaliana                       E14140054
Anggit Babarajab Cahyadi       E14140062
Surya Bagus Mahardika          E14140071


Asisten Praktikum :
Priscillia R R, S Hut
Azwadri                                              E14120068

Dosen

Dr  Efi Yuliati Yovi S Hut M.Life Env






DIVISI PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

            Adapun pelaksanaan praktikum simulasi penebangan dan penyaradan dilaksanakan pada hari Kamis, 6 Oktober 2016. Tempat pelaksanaan praktikum tersebut di RK. GPHH 103 dan Arboretum Fahutan.

Alat dan Bahan

            Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum  ini diantaranya :
1.      Haga
2.      Pita Ukur
3.      Kompas
4.      Pita Meter
5.      Alat Tulis
6.      Kapur
7.      APD
8.      Milimeter Blok
9.      Penggaris
10.  Busur

Prosedur Kerja

            Adapun prosedur kerja dalam praktikum simulasi penebangan dan penyaradan yaitu :

1.    Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan;
2.    Menentukan pohon yang akan ditebang;
3.    Menngukur diameter, tinggi bebas cabang, dan tinggi total pohon yang sudah ditentukan untuk ditebang;
4.    Menentukan derajat arah tebang pohon dan jalan sarad pohon;
5.    Mengukur jarak dan menentukan arah azimuth pohon, tiang dan semai yang berada di dekat pohon yang telah dipilih untuk ditebang;
6.    Menggambar takik rebah dan takik balas di pohon yang akan ditebang dengan menggunakan kapur;
7.    Menggambar profil arsitektur pohon-pohon yang akan ditebang secara proposional dilengkapi dengan arah rebah, arah sarad dan kondisi lapangan yang dipertimbangkan.


HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Tabel 1 Hasil pengamatan
Nomor
Nama Jenis
Diameter (cm)
Arah Rebah (o)
Engsel (cm)
Tinggi (m)
Lebar
Tinggi
TBC
TT
1.    
Pinus merkusii
42.67
230
7.11
10
8
26
2.    
Shorea sp.
52.2
220
8.75
10
19
29
3.    
Maesopsis eminii
40.2
220
6.7
10
3.2
11.2
                
Tabel 2 Hasil pengamatan simulasi penebangan
Nomor
Nama Jenis
Takik Rebah (cm)
Takik Balas (cm)
Tinggi dari Tanah (cm)
1.       
Pinus merkusii
10.6
24.96
40
2.       
Shorea sp.
13.1
30.65
40
3.       
Maesopsis eminii
9.8
23.6
40


PEMBAHASAN
Kegiatan pemanenan hutan diawali oleh proses penebangan. Penebangan merupakan proses mengubah pohon yang berdiri menjadi potongan kayu bulat yang dapat diangkut keluar hutan untuk dimanfaatkan. Kegiatan penebangan ini dimulai dari merebahkan pohon kemudian membaginya menjadi sortimen bulat. Tujuan dari penebangan itu sendiri dari sudut pandang potensi hutan dan keadaan lingkungannya yaitu menghasilkan kayu bulat (log) dengan nilai hutan yang optimal dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan sebelum dan sesudah penebangan tersebut ( Conway 1978 ). Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penebangan yaitu menentukan teknik tebang serta pemilihan pohon yang hendak ditebang. Pada praktikum ini teknik dalam penebangan yaitu tebang pilih dimana harus memperhatikan anakan sekitar dan mempertimbangkan faktor tegakan sisa agar jumlah tumbuhan calon tebangan rotasi kedua tidak berkurang baik jumlah maupun mutunya (Juta 1954).
Penentuan pohon-pohon yang akan ditebang harus didasarkan oleh peta logging plan (peta topografi dan sebaran pohon), sehingga dapat diketahui jenis tanah, dan kemiringan lereng yang nantinya menentukan proses penyaradan. Selain itu, dapat diketahui jenis, jumlah serta letak anakan di sekitar pohon yang hendak ditebang. Berdasarkan peta topografi, pohon yang hendak ditebang telah diketahui letaknya serta jenis tanah di sekitaran pohon tersebut sehingga memudahkan untuk penentuan proses penebangan serta alat yang hendak digunakan dalam proses penebangan. Pohon yang dipilih yaitu yang memiliki topografi atau kelerangan yang rendahsehingga tidak membahayakan pekerja. Berdasarkan peta sebaran pohon, pemilihan pohon yang hendak ditebang yaitu yang memiliki sedikit anakan di sekitar pohon tersebut. Pohon juga dipilih yang memiliki diameter lebih dari 40 cm (Juta 1954)
Setelah pemilihan pohon, proses selanjutnya yaitu menentukan arah rebah. Penentuan arah rebah pohon didasarkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pertama, kondisi pohon meliputi posisi pohon (normal atau miring), kesehatan pohon (gerowong atau terdapat cacat-cacat lain yang mempengaruhi rebahnya pohon), bentuk tajuk dan keberadaan banir. Kedua, kondisi lapangan di sekitar pohon yang meliputi keadaan vegetasi di sekitar pohon yang akan ditebang, termasuk keadaan tumbuhan bawah, lereng, rintangan (jenis-jenis pemanjat, tunggak dan batu-batuan). Ketiga, keadaan cuaca pada saat penebangan. Apabila hujan turun dan angin kencang, maka semua kegiatan harus dihentikan. Selain itu, arah rebah diusahakan menjauhi batu-batuan, tunggak, pohon roboh dan parit. Jika pohon terletak di lereng atau tebing, maka arah rebah diarahkan ke puncak lereng. Diusahakan menuju tempat yang tegakan tinggalnya relatif sedikit. Arah rebah diupayakan disesuaikan dengan arah penyaradan kayu atau ke arah yang memudahkan penyaradan kayu. Pada daerah yang datar, arah rebah pohon disesuaikan dengan bentuk tajuk dan posisi pohon (Juta 1954).
Penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat tebangan ketempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek ( Muhdi 2002) . Efisiensi dari operasi penebangan perlu didukung terutama pembuatan jalan sarad. Dengan acuan perencaan jalan sarad yang telah direncanakan, jalan sarad utama dibuat terlebih dahulu. Melalui pembatasan praktek pembuatan, permukaan tanah dampak kerusakan akibat penyaradan dapat dikurangi. Dengan adanya perencanaan jalan sarad maka tegakan tinggal yang rusak karena beroperasinya traktor akan lebih kecil, sehingga limbah yang terjadi akibat penebangan juga berkurang, serta kerusakan lahan di tempat penebangan akan dapat dikurangi (Departemen Kehutanan 1998).
Penyaradan merupakan tahap pertama dari pengangkutan kayu, yang dimulai pada saat kayu diikatkan pada rantai penyarad di tempat tebangan kemudian disarad ke tempat tujuan (TPn/landing, tepi sungai, tepi jalan rel atau jalan rel) dan berakhir setelah kayu dilepaskan dari rantai penyarad (Elias, 1988). Menurut Elias (1998) penyaradan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti  emikulan dan penarikan kayu oleh manusia,  penyaradan dengan bantuan binatang,  penyaradan dengan traktor,  penyaradan dengan gaya gravitasi bumi, penyaradan dengan kabel,  penyaradan dengan balon, dan penyaradan dengan pesawat udara (helikopter). Faktor-faktor yang mempengaruhi cara penyaradan adalah jatah tebang tahunan, volume kayu, topografi, iklim, pertimbangan silvikultur, jarak sarad, ukuran dan sifat kayu yang disarad (Supriyatno 1999).
Pembuatan jalan sarad berkaitan erat dengan besarnya kerusakan dan pemadatan tanah yang diakibatkan oleh alat sarad yang dipakai, yang berdampak pada pertumbuhan tanaman selanjutnya.Oleh karena itu, hal-hal yang harus diperhitungkan dalam perencanaan jalan sarad antara lain topografi dengan tanjakan yang tajam, jarak dengan TPn, sehingga perlu diperhatikan letak TPn terhadap jarak sarad, menghindari belokan yang tajam, dan tidak melintasi sungai. Perencanaan jalan sarad yang tepat akan mengakibatkan areal yang terbuka tidak terlalu besar sehingga erosi tanah dapat dikurangi (Departemen Kehutanan 1998).
Berkaitan dengan besar kecilnya jumlah kayu, menurut Lesmana (1997), dalam peningkatan efisiensi penebangan perlu diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya indeks tebang yaitu faktor pohon, faktor tenaga kerja dan faktor lingkungan sekitar. Dalam upaya mengurangi jumlah limbah, perhatian terutama ditujukan pada penebangan, antara lain menyangkut tenaga kerjanya. Operator penebangan dapat memulai kegiatan penebangan dengan terlebih dahulu menentukan arah jatuh pohon, membuat takik rebah, dan membuat takik balas (Conway, 1978). Menurut Wackerman (1949), tiga faktor penilaian penebangan yang baik dan efisien adalah : (1) Tunggak dibuat serendah mungkin, dengan takik rebah antara ¼-1/3 diameter batang, takik balas dibuat 2-3 inci di atas takik rebah dan saat pohon jatuh tidak mengalami pecah batang; (2) Tidak mengakibatkan menurunnya kualitas tegakan yang ditebang; dan (3) Arah rebah pohon diusahakan ke arah luar penyaradan.
Sebelum takik rebah dibuat, untuk pohon-pohon yang mempunyai banir perlu dilakukan pemotongan (pengeprasan) banir, yaitu memotong banir sehingga diameter pangkal mendekati diameter batang kayu. Tujuan dari pengeprasan banir adalah untuk memudahkan pembuatan takik rebah dan takik balas. Pembuatan takik rebah dan takik balas dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat konvensional (gergai tangan, kapak) dan peralatan mekanis (gergaji rantai) (Haryanto 1985).
Secara umum urutan pembuatan takik rebah dan takik balas adalah sebagai berikut : Membuat takik rebah. Takik rebah terdiri dari 2 bagian utama, yaitu alas takik dan atap takik. Alas takik dibuat terlebih dahulu dengan kedalaman berkisar antara 1/5 – 1/3 diameter pohon (dbh). Setelah pembuatan alas takik, selanjutnya membuat atap takik dengan sudut 45 dari alas takik, hasilnya berupa potongan yang disebut dengan mulut takik. Membuat takik balas. Tinggi takik balas diperkirakan 1/10 diameter pohon dari garis perpanjang alas takik. Takik balas dibuat dengan cara memotong pohon secara horizontal pada ketinggian di atas sampai kayu engsel. Kayu engsel merupakan bagian kayu antara takik balas dan takik rebah.Kayu ini lebarnya kurang lebih 1/10 diameter. Fungsi dari kayu engsel adalah sebagai kemudi dalam mengarahkan rebahnya pohon. Cara pembuatan takik rebah dengan menggunakan gergaji rantai untuk kayu yang berdiameter besar berbeda dengan cara pembuatan takik rebah untuk kayu yang berdiameter kecil. Pembuatan takik rebah yang tidak benar akan mengakibatkan pohon tidak rebah ke arah yang sudah ditentukan. Selain itu takik rebah yang terlalu dalam akan mengakibatkan kayu rebah sebelum waktunya dan terjadi unusan, yaitu serat kayu yang terjulur di atas tunggak sebagai akibat kesalahan dalam pembuatan takik rebah ( Hidayat 2004).


 SIMPULAN

Penentuan pohon-pohon yang akan ditebang harus didasarkan oleh peta logging plan (peta topografi dan sebaran pohon), sehingga dapat diketahui jenis tanah,  kemiringan lereng, dan letak anakan di sekitar pohon yang akan di tebang. Penentuan arah rebah pohon didasarkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu kondisi pohon, kondisi lapangan, dan keadaan cuaca pada saat penebangan. Hal ini berguna untuk meningkatkan efektivitas dan efesisensi produktivitas penebangan. Arah penyaradan kayu harus mempertimbangkan kerusakan lingkungan, letak dengan jalan utama atau TPn dan menghindari topografi yang sulit bagi alat penyaradan. Pembuatan takik rebah dan takik balas harus sesuai dengan standar operasional yang ditetapkan agar keselamatan pekerja dan keselamatan pohon dapat terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Conway, S. 1978. Timber Cutting Practices. Third Edition. . New York (US) : Miller Freemen Publication, Inc.
Departemen Kehutanan. 1998. Manual Kehutanan Indonesia. Jakarta (ID) : Departemen Kehutanan Indonesia.
Juta EHP.1954. Pemungutan Hasil Hutan . Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Haryanto. 1985. Diktat Kuliah Perencanaan Pemanenan Hasil Hutan. Yogyakarta (ID) : Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada.
Hidayat A , Hendalastuti R. 2004. Pengaruh Pembuatan Takik Rebah Dan Takik Balas Terhadap Arah Jatuh Pohon : Studi Kasus Di Hutan Tanaman Di Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan  22 (1) : 51(–)59
Lesmana. 1997. Indeks Tebang Keruing (Depterocarpus Haseltii) Pada Hutan Alam Pulau Pagai Selatan : Studi Kasus Pada Hph Pt Minas Pagai Lumber Corporation, Propinsi Dati I Sumatera Barat. [Skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan., Institut Pertanian Bogor.
Muhdi.  2010. Penyaradan Kayu Dengan Sistem Kuda-Kuda Di Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus Di Areal Hph PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan). Medan (ID) : Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara
Supriyatno, N, Haryanto. 1999. Pemanenan Hasil Hutan. (Yogyakarta) Buku Ajar, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada
Wackerman, A.E. 1949. Harvesting Timber Crops. New York (US) Mcgraw-Hill Book Company, Inc

Comments

Popular posts from this blog

SOAL ESSAY BIOLOGI TENTANG SEL

SOAL ESSAY BIOLOGI 1. Jelaskan definisi sel menurut anda! Sel adalah bagian struktural dan fungsional dari setiap organisme. Beberapa organisme, misalnya bakteri, merupakan uniseluler, yaitu terdiri dari hanya satu sel saja. Beragam organisme lainnya, misalnya manusia, adalah multiseluler (manusia diperkirakan memiliki 100.000 miliar sel dalam tubuhnya). Teori tentang sel yang pertama kali dikemukakan pada abad ke-19 menyatakan bahwa semua organisme tersusun atas satu atau lebih sel. Setiap sel berasal dari sebuah sel lainnya. Seluruh fungsi vital bagi organisme terjadi di dalam sel dan sel-sel tersebut mengandung informasi genetik yang dibutuhkan untuk mengatur fungsi sel dan memindahkan informasi kepada sel-sel generasi berikutnya. Kata “sel” berasal dari kata dalam bahasa Latin cella , yang artinya adalah ruang kecil. Nama ini dipilih oleh Robert Hooke karena ia melihat adanya kesamaan antara sebuah sel dan sebuah ruangan kecil. Set...

SOAL-SOAL ESSAY BIOLOGI TENTANG SISTEM PENCERNAAN

1.   Jelaskan perbedaan antara pencernaan mekanis dengan pencernaan kimiawi? Kalau secara mekanis dilakukan oleh gigi-gigi di dalam mulut sedangkan secara kimiawi    dilakukan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh saluran pencernaan. 2. Apakah manfaat dari makanan berserat dan apa yang terjadi jika kekurangan serat? Makanan berserat dapat mencegah kegemukan dan meningkatnya kolesterol darah, menyerap racun di usus, memudahkan buang air besar dan juga member rasa kenyang. Kekurangan serat dapat menimbulkan sembelit dan kanker usus . 3. Apakah fungsi dari Enzim Ptialin sebutkan contohnya? Enzim ptialin berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula yaitu maltose dan glukosa. Contohnya jika kalian membiarkan nasi di dalam mulut yang mula-mula terasa tawar, beberapa saat kemudian akan terasa manis. 4. Sebutkan beberapa gangguan dan kelainan pada system pencernaan makanan?       Diare atau mencret adalah gangguan ...

PERBEDAAN ANTARA CURAHAN TENAGA KERJA DAN HARI ORANG KERJA (HOK)

Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK). Satuan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung besarnya tenaga kerja adalah satu HOK atau sama dengan satu hari kerja pria (HKP), yaitu jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses pruduksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk meyetarakan, dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah penelitian. Hasil konversinya adalah satu hari pria dinilai sebagai satu hari kerja pria (HKP) dengan delapan jam kerja efektif per hari. (Rahim dan Dian, 2008) Universitas Sumatera Utara Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga keraj adalah HKO (hari kerja orang) dan JKO (jam kerja orang). Pemakaian HKO ada kelemahanya karena masing-masing daerah berlainan (1 HKO di daerah B belum tentu sama dengan 1 HKO di daerah A) bila dihitung jam kerjanya. Sering kali dijumpai upah borongan yang sulit dihitung, baik HKO maupun JKO-nya (Surati...