Skip to main content

LAPORAN PRAKTIKUM PEMANENAN HUTAN PERENCANAAN PEMANENAN


PERENCANAAN PEMANENAN


Kelompok 2

   Erlina Setyaningsih                E14140015
Muhammad Kurnia Nasution     E14140022
 Adhiwiguna Praktita               E14140030
  Luvya Syaliana                      E14140054
Anggit Babarajab Cahyadi         E14140062
 Surya Bagus Mahardika          E14140071

Asisten Praktikum :
Priscillia R R, S Hut
Azwadri                                              E14120068

Dosen

Dr Ujang Suwarna S Hut MSc F Trop









DIVISI PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016


HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL



Jumlah pohon                          : 20 Pohon
Luas                                        : 0,36 ha
Pohon yang ditebang              : 56 phn/ha
Volume rata-rata                     : 2,367 m3/ha
Produktivitas/thn                    : 572.624,64 m3/ Tahun
Pendapatan                             :
Harga jual kayu                       : Rp 1.000.000
Kebutuhan alat                        : 312 alat

Tabel 2 Produktivitas Alat
No
Alat
Produktivitas (m3/thn)
1
Chainsaw
8464
2
Ban Karet
4068 (Syarifuddin 2001)
3
Ban Besi
80400 ( Hermanysah 2002)
4
Logging Truck
6000

Tabel 3 Jumlah Alat yang Dibutuhkan dalam Pemanenan
No

Kegiatan
Jumlah Alat
1

Penebangan
Chainsaw = 68
2

Penyaradan
Ban Karet = 141  Ban Besi = 7
3

Pengangkutan
Logging Truck = 96


PEMBAHASAN

Sistem pemanenan memiliki komponen komponen yang merupakan fungsi utama yaitu  perencanaan (planning), penebangan ( felling and bucking), penyaradan (yarding), konstruksi jalan (road construction), transportasi (transportation), dan bongkar muat (loading and unloading). Perencanaan merupakan kegiatan yang menempati urutan pertama yang menunjukan pentingnya kegiatan ini dengan diiringi kombinasi kegiatan lainnya dalam system pemanenan (Conway 1976)
Logging Plan yang merupakan kegiatan dalam perencanaan penebangan kayu dengan tujuan utama untuk menekan biaya dengan serendahrendahnya. Kegiatan logging plan menrut Suparto (1975), terdiri dari perencanaan dalam hal biaya sarad, bongkar muat, konstruksi jalan hutan, pengankuttan truk di jalan umum dengan tetap memperhatikan ekologis. Rencana penebangan adalah "blueprint” dimana operasi pemanenan dilakukan. Adapun isi dari perencanaan kayu secara umum adalah deskripsi tentang faktor input yang tersedia meliputi kondisi hutan (potensi hutan, topografi, geologi dan tanah, iklim dan areal-areal yang spesifik perlu dilindungi) serta peralatan yang meliputi jenis dan jumlah yang tersedia, tingkat kehandalan alat dan jumlah serta tingkat keahlian tenaga kerja yang dimiliki, catatan tentang standar biaya, peraturan terkait, rancangan volume produksi, pemilihan metode alternatif, rancangan petak tebang dan urutan pengerjaannya, jenis dan tingkat keahlian tenaga kerja, sistem pengorganisasiannya, jadwal pengerahan alat, tenaga kerja dan dana yang dilibatkan, serta estimasi keuntungan (Muhdi 2006).
Sagala (1994) menjelaskan ada delapan unsur unit penebangan yaitu sungai, jalan, petak tebang (TPn),  unit tegakan satu tahun sampai umur daur atau calon unit kegiatan, kantung pelestarian erosi dan pengelolaan suplemen.TPn merupakan salah satu aspek penting yang harus direncanakan dengan baik dalam proses pemanenan hutan.  Pembuatan TPn harus berada pada daerah yang strategis denga jalan jalan di hutan hal ini untuk mengurarngi jumlah TPn dalam suatu kawaxan pengelolaan hutan, semakin sedikit TPn yang dibuat maka pemanenan akan semakin ekonomis (Muhdi 2006). Bedasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Tanaman pada Hutan, TPn adalah tempat untuk pengumpulan kayu-kayu hasil pemanenan di sekitar petak kerja tebangan yang bersangkutan. TPn harus dipastikan dapat menampung semua kayu hasil pemanenan yang dibawa dari jalan sarad, jalan cabang dan jalan utama. Penentuan lokasi TPn tentu memiliki syarat yaitu, lokasi harus datar, bebas darinbanjir, dekat dengan jalan, dan aman dari gangguan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas kayu dan keamanan kayu sehingga kegiatan proses pemanenan hutan selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan tidak ada gangguan.
Penggunaan traktor dalam proses pemanenan hasil hutan menggunakan dua jenis ban, yaitu ban besi dan ban karet. Keduannya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung dari areal dan kayu yang akan dipanen. Keuntungan dari penggunaan traktor crawler (ban besi) dalam membantu proses pemanenan antara lain : Alat dengan mudah dapat membuka jalan melalui hutan untuk mecapai kayu yang akan disrad, alat mampu bekerja pad tanjakan yang curam dan permukaan tanah yang licin atau basah karena berat operasi besar, faktor traksi yang kuat dan flotation yang lebih baik, dengan adanya daya traksi atau cengkeraman yang tinggi maka traktor tipe crawler cocok untuk enarik beban berat. Adapun kekurangannya adalah : Kecepatan menyarad yang terbatas dimana kecepatan alat lebih kurang 4-4 km/jam, keterbatasan jarak tempuh sarad, jarak yang ekonomis pada traktor tipe crawler lebih kurang 500 m, karena adanya biaya undercarriage (Suparto 1997).

Keuntungan menggunakan traktor wheel skidder adalah : Memungkinkan mengangkut kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (Tpn) lebih besar, terutama bila medan relatif rata atau bergelombang ringan dan jarak sarad jauh. Kecepatan yang tinggi tersebut akan didapatkan siklus waktu yang pendek, sehingga produktivitas alat tinggi, wheel skidder dapat bergerak tiga sampai empat kali lebih cepat dari traktor crawler tergantung kepada curamnya tanjakan dan kondisi permukaan tanah, kemampuan melakukan penumpukan dan penyusunan kayu di Tpn lebih baik, mobilitas alat tinggi dan lincah. Adapun tekurangan dari wheel skidder adalah tidak dapat bekerja dengan efisien tinggi pada tanjakan curam dengan tanah yang lunak dan basah serta akan tidak sangat menguntungkan apabila alat ini bekerja pada kondisi areal tersebut, tidak dapat membuat jalan srad sendiri (Purnomo 1998).

Hasil rekapitulasi data inventarisasi di arboretum fahutan dengan luas sebesar 0,36 ha, isinya didominasi oleh tingkat semai sebesai 40,98 % (168 pohon). Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya anakan-anakan pohon yang tersebar di arboretum Fahutan IPB. Tingkat pancang yang ditemukan disana sebanyak 30,49 % (125 pohon), tingkat tiang 13,41 % (55 pohon), dan tingkat pohon 15,12 % (62 pohon). Namun, dari 51 pohon tersebut, pohon yang bisa atau layak ditebang hanya berjumlah 20 pohon. Sehingga pohon yang akan ditebang di luasan 0,36 sebanyak 56 pohon/ha. Total volume pohon yang bisa ditebang yaitu sebesar 43,733 m3, dan rata-rata volume pohonnya sebesar 2,376 m3.

Produktivitas pemanenan per tahun untuk luasan lahan sebesar 4.320 ha/tahun (Husin 2012) adalah sebesar 572.624,64 m3/tahun. Sehingga total pendapatan yang didapat apabila harga 1 m3 kayu Rp 1.000.000 adalah Rp 57.624.640.000 Berdasarkan data yang didapatkan dari produktivitas alat dan produktivitas pemanenan per tahun, di dapatkan hasil jumlah alat yang bisa digunakan dalam proses pemanenan yaitu sebanyak 312 alat. Rinciannya sebagai berikut : chainsaw sebanyak 68, ban karet sebanyak 141 alat, ban besi sebanyak 7 alat, dan logging truck sebanyak 96 alat.
 SIMPULAN

Perencanaan pemanenan memerlukan data yang didapat dari hasil inventarisasi hutan. Data yang diambil dalam inventarisasi tersebut mencakup jenis pohon, pohon layak tebang, dan pembuatan peta yang mencakup jalan utama, jalan cabang, jalan sarad, dan arah rebah pohon. Kemudian data yang diperlukan yaitu literatur dari produktivitas alat yang digunakan dalam proses pemanenan yang mencakup chainsaw, ban karet, ban besi dan logging truck. Sehingga dapat dihitung jumlah alat yang dibutuhkan dalam membantu proses pemanenannya. Selain itu juga, diperlukan data dari literatur mengenai luasan hutan yang akan dipanen per tahun untuk mendapatkan produktivitas pemanenan per tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Conway S. 1976. Logging Practice: Priciple of Timber Harvesting System. New York (US): Miller Freeman Publication.
Hermansyah I. 2002. Analisis Biaya Penyaradan dengan Excavator di Hutan Raya : Studi Kasus di Areal HPH PT. Dester Kencana Timber, Riau. [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan IPB
Husin J. 2012. Ringkasan Rencana Pengelolaan PT Sari Bumi Kusuma Periode  Tahun 2011-2020. Jakarta (ID) : PT Sari Bumi Kusuma.
Kementrian Kehutanan. 2014. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Tanaman pada Hutan. Jakarta (ID) : Sekretariat Kementrian Kehutanan.
      Muhdi . 2006. Pemanenan Hasil Hutan. Medan (ID) : Universitas Sumatera Utara.
      Purnomo  RJ. 1998. Forestry Article I. Jakarta (ID) : PT Trakindo Utama.
Sagala, P. 1994. Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Jakarta (ID) : Yayasan Obor Indonesia.
Suparto RS. 1975. Eksploitasi Hutan Modern. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Suparto RS. 1997. Sistem logging HTI dan TPTI. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan IPB
Syarifuddin MA. 2001. Produktifitas Penggunaan Unimog dalam Penyaradan Kayu Pinus : Studi Kasus di BKPH Ciwaringin, KPH Majalengka, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat . [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan IPB.


Comments

  1. Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman Bisnis ke Le_Meridian, mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulai bisnis Quilting saya dan itu cepat. Ketika mendapatkan pinjaman dari mereka, mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka dapat membiayai hingga jumlah $ 500,000,000.00 (Lima Ratus Juta Dolar) di wilayah mana pun di dunia selama ada 1,9% ROI yang dapat dijamin pada proyek tersebut. Prosesnya cepat dan aman. Itu benar-benar pengalaman positif. Hindari penipu di sini dan hubungi Layanan Pendanaan Le_Meridian Di. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika Anda mencari pinjaman bisnis.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SOAL ESSAY BIOLOGI TENTANG SEL

SOAL ESSAY BIOLOGI 1. Jelaskan definisi sel menurut anda! Sel adalah bagian struktural dan fungsional dari setiap organisme. Beberapa organisme, misalnya bakteri, merupakan uniseluler, yaitu terdiri dari hanya satu sel saja. Beragam organisme lainnya, misalnya manusia, adalah multiseluler (manusia diperkirakan memiliki 100.000 miliar sel dalam tubuhnya). Teori tentang sel yang pertama kali dikemukakan pada abad ke-19 menyatakan bahwa semua organisme tersusun atas satu atau lebih sel. Setiap sel berasal dari sebuah sel lainnya. Seluruh fungsi vital bagi organisme terjadi di dalam sel dan sel-sel tersebut mengandung informasi genetik yang dibutuhkan untuk mengatur fungsi sel dan memindahkan informasi kepada sel-sel generasi berikutnya. Kata “sel” berasal dari kata dalam bahasa Latin cella , yang artinya adalah ruang kecil. Nama ini dipilih oleh Robert Hooke karena ia melihat adanya kesamaan antara sebuah sel dan sebuah ruangan kecil. Set

SOAL-SOAL ESSAY BIOLOGI TENTANG SISTEM PENCERNAAN

1.   Jelaskan perbedaan antara pencernaan mekanis dengan pencernaan kimiawi? Kalau secara mekanis dilakukan oleh gigi-gigi di dalam mulut sedangkan secara kimiawi    dilakukan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh saluran pencernaan. 2. Apakah manfaat dari makanan berserat dan apa yang terjadi jika kekurangan serat? Makanan berserat dapat mencegah kegemukan dan meningkatnya kolesterol darah, menyerap racun di usus, memudahkan buang air besar dan juga member rasa kenyang. Kekurangan serat dapat menimbulkan sembelit dan kanker usus . 3. Apakah fungsi dari Enzim Ptialin sebutkan contohnya? Enzim ptialin berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula yaitu maltose dan glukosa. Contohnya jika kalian membiarkan nasi di dalam mulut yang mula-mula terasa tawar, beberapa saat kemudian akan terasa manis. 4. Sebutkan beberapa gangguan dan kelainan pada system pencernaan makanan?       Diare atau mencret adalah gangguan penyerapan air di usus besar sehingga a

PERBEDAAN ANTARA CURAHAN TENAGA KERJA DAN HARI ORANG KERJA (HOK)

Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK). Satuan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung besarnya tenaga kerja adalah satu HOK atau sama dengan satu hari kerja pria (HKP), yaitu jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses pruduksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk meyetarakan, dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah penelitian. Hasil konversinya adalah satu hari pria dinilai sebagai satu hari kerja pria (HKP) dengan delapan jam kerja efektif per hari. (Rahim dan Dian, 2008) Universitas Sumatera Utara Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga keraj adalah HKO (hari kerja orang) dan JKO (jam kerja orang). Pemakaian HKO ada kelemahanya karena masing-masing daerah berlainan (1 HKO di daerah B belum tentu sama dengan 1 HKO di daerah A) bila dihitung jam kerjanya. Sering kali dijumpai upah borongan yang sulit dihitung, baik HKO maupun JKO-nya (Surati