Komposisi dan Struktur Tegakan
Tegakan yaitu
sekelompok pohon yang mempunyai ciri-ciri seragam mulai dari jenis, umur, dan
ukuran (diameter, tinggi) (Arief 2001). Daniel et al. (1987)
mendefinisikan tegakan sebagai unit agak homogen yang dapat dibedakan dengan
jelas dari tegakan di sekitarnya oleh umur, komposisi, struktur, tempat tumbuh.
Tegakan hutan sebelum dan sesudah penebangan akan mengalami perubahan komposisi
dan struktur tegakan. Komposisi jenis merupakan salah satu nilai yang digunakan
untuk mengetahui proses suksesi yang sedang berlangsung pada suatu komunitas
yang telah terganggu (Departemen Kehutanan 1992). Soerianegara dan Indrawan
(2005) menyatakan bahwa komposisi jenis dibedakan antara populasi (satu jenis)
dan komunitas (beberapa jenis). Istilah komposisi menyatakan kekayaan floristik
hutan tropika sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan seperti iklim,
tanah dan cahaya, dimana faktor tersebut membentuk suatu tegakan yang klimaks
(Meuller – Dumbois & Ellenburg 1974 dalam Irwan 2009).
Struktur tegakan
atau hutan menunjukan sebaran umur dan atau kelas diameter dan kelas tajuk
(Daniel et al. 1987). Struktur tegakan dapat dilihat berdasarkan tingkat
kerapatan sehingga akan menggambarkan kondisi suatu tegakan hutan (Departemen
Kehutanan 1992). Sedangkan Richard (1966) memakai istilah struktur tegakan
untuk menerangkan sebaran individu tumbuhan dalam lapisan tajuk hutan. Jenis
pohon yang stabil harus memiliki struktur populasi untuk seluruh umur. Pada
tegakan tidak seumur distribusi frekuensi jumlah pohon menurut kelas
diameternya akan membentuk kurva J terbalik (Daniel et al. 1987).
Stratifikasi Tajuk
![]() |
Struktur Vertikal Hutan Alam. Sumber : Google.com |
Stratifikasi atau pelapisan tajuk merupakan
susunan tetumbuhan secara vertikal di dalam suatu komunitas tumbuhan atau
ekosistem hutan. Tajuk pohon hutan hujan tropis sangat rapat, ditambah lagi
adanya tetumbuhan yang memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan
pohon, misalnya rotan, anggrek, dan paku-pakuan. Hal ini menyebabkan sinar
matahari tidak dapat menembus tajuk
hingga ke lantai hutan, sehingga tidak memungkinkan bagi semak untuk berkembang
di bawah naungan tajuk pohon kecuali spesies tumbuhan yang telah beradaptasi
dengan baik untuk tumbuh di bawah naungan (Arief 1994). Menurut Daniel et
al. (1987) Tajuk pohon adalah struktur kompleks yang terdiri dari daun-daun
dengan berbagai umur pada berbagai posisi dalam tajuk. Variasi posisi ini
mempunyai sifat lingkungan yang sangat berbeda, maka ekspresi kemampuan
fotosintesis harus memperhitungkan variasi besar yang terjadi dalam pohon.
Menurut Dawkins (1958) dalam Alder dan Synnott (1992), Posisi tajuk
pohon diklasifikasikan pada skala berikut :
1. No direct light : Tajuk pohon
sepenuhnya tertutupi secara vertikal maupun lateral oleh tajuk lain.
2. Some side light : Tajuk
pohon tertutupi secara vertikal tajuk lain tetapi dapat memperoleh cahaya dari
sampin karena adanya kesenjangan kanopi.
3. Some overhead light : Tajuk pohon
terbuka sebagian secara vertikal tetapi sebagian tajuk ditutupi oleh tajuk
lain.
4. Full overhead light : Tajuk pohon
terbuka penuh secara vertikal tetapi berdekatan dengan tajuk lain.
5. Emergent : Tajuk pohon terbuka penuh
secara vertikal dan bebas dari kompetisi lateral.
DAFTAR PUSTAKA
Alder
D, TJ Synnott. 1992. Permanent Sample Plot Techniques for Mixed Tropical
Forest. Inggris (UK):
Oxford Forestry Institute.
Arief
Arifin. 1994. Hutan, Hakekat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan.
Jakarta (ID) : Yayasan Obor Indonesia.
Daniel
TW, Helms JA, Baker FS. 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur. Marsono D,
penerjemah; Soseno OH, editor. Jogjakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari : Principle
of Silviculture.
Comments
Post a Comment