PRESTASI KERJA PADA KEGIATAN
PENEBANGAN
Muhammad Kurnia Nasution E14140022
Departemen Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
A. Penebangan
Penebangan dimaksudkan untuk
memungut hasil hutan berupa kayu dari suatu tegakan tanpa mengikutsertakan bagian yang ada dalam tanah.
Kegiatan ini meliputi kegiatan menebang, membersihkan cabang dan pembagian
batang menjadi
sortimen kayu yang diperlukan (Sastrodimedjo 1973, diacu dalam Bachtiar 1989). Menurut Juta
(1954) tujuan dari kegiatan penebangan adalah untuk mendapatkan
hasil keuntungan perusahaan, berupa kayu dengan jumlah yang cukup dan mutu
yang memenuhi persaratan. Pada dasarnya kegiatan penebangan yang dilakukan
terdiri dari dua unsur kegiatan yaitu menebang pohon sampai rebah dan
dilanjutkan dengan membagi batang.
![]() |
Kegiatan Penebangan Pohon Mengunakan Alat Manual. Sumber : Google.com |
Penebangan memerlukan perencanaan
yang matang dan hati-hati. Semakin besar diameter pohon yang ditebang, semakin sulit pula menentukan
arah rebahnya. Namun
karena pohon-pohon besar tinggi nilainya, justru pada pohon besar
ketelitian arah rebahnya sangat penting (Suparto 1975, diacu dalam Bachtiar 1989 ). Menurut Juta
(1954) sebelum dimulai dengan penebangan arah rebah harus
ditetapkan terlebih dahulu. Arah rebah pohon perlu direncanakan secara hati-hati agar
kerusakan kayu dapat diminimalkan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan arah rebah adalah : (1) lapangan (lerengnya, berbukit dll)
(2) kondisi pohon yang akan ditebang dengan tetap memperhatikan kecondongan
pohon dan kerusakannya (3) arah penyaradan keluar dan pengangkutan.
Penebangan merupakan salah satu
kegiatan pemanenan hutan yang memiliki tingkat resiko kerja yang tinggi. Hal ini dikarenakan
sifat pekerjaannya yang langsung berhadapan dengan pohon yang akan ditebang dan
variasi lapangan tempat bekerja yang cukup tinggi. Sehingga kegiatan penebangan
harus dilakukan oleh operator yang berpengalaman dengan dilengkapi perlengkapan
keamanan yang memadai
(helm kerja, sepatu kerja, sarung tangan, baju kerja, dan sebagainya).
Perlengkapan yang mendukung pada kegiatan penebangan seperti gergaji rantai,
kikir, parang, tangki bahan bakar, peta penyebaran pohon yang telah disiapkan
dan digunakan selama kegiatan penebangan dalam membantu menentukan
letak pohon yang akan ditebang (FAO 1990, diacu dalam Hidayat 2000).
B. Pembagian Batang
Menurut Juta (1954) kegiatan
pembagian batang merupakan rangkaian kegiatan setelah pohon rebah ke tanah. Kegiatan ini merupakan
pekerjaan yang sangat penting dalam pemungutan hasil hutan. Prinsip dasar
pembagian batang adalah menghimpun cacat di satu potongan batang kayu sedemikian
rupa sehingga diperoleh nilai kayu setinggi-tingginya. Selanjutnya dijelaskan
pula bahwa pelaksanaan tebangan harus sesuai dengan manajemen batang per
batang, artinya urutan pemotongan dimulai dari pangkal ke ujung dengan tetap memperhatikan mutu kayu pada
cabang yang dapat dipungut untuk kayu pertukangan. Kegiatan pembagian
batang mempunyai tujuan untuk mendapatkan nilai kayu yang tinggi. Jenis sortimen
yang diproduksi (Perum Perhutani 1999) adalah sebagai berikut :
1. Kayu Bundar
Kecil (KBK) yang disebut sortimen AI
a. Diameter 4 - 7 cm
Panjang 1,00 - 11,00 m naik dengan kelipatan panjang 50 cm
Panjang 11,00 m ke atas naik dengan kelipatan 100 cm
b. Diameter 10
- 13 cm
Panjang 0,7 - 0,9 m naik dengan kelipatan panjang 10 cm
Panjang 1,00 - 11,00 m naik dengan kelipatan panjang 50 cm
Panjang 11,00 m ke atas naik dengan kelipatan 100 cm
c. Diameter 16 - 19 cm
Panjang 0,4 - 0,9 m naik dengan kelipatan panjang 10 cm
Panjang 1,00 - 11,00 m naik dengan kelipatan panjang 50 cm
Panjang 11,00 m ke atas naik dengan kelipatan 100 cm
2. Kayu Bundar
Sedang (KBS) yang disebut sortimen AII
Dimeter 22 - 28 cm (naik dengan kelipatan diameter 3 cm)
Panjang 0,4 - 0,9 m naik dengan
kelipatan panjang 10 cm
Panjang 1,00 - 2,50 m naik dengan
kelipatan panjang 25 cm
Panjang 2,50 - 11,00 m ke atas naik dengan kelipatan panjang 50 cm
Panjang 11,00 m ke atas naik dengan kelipatan panjang 100 cm
3. Kayu Bundar
Besar (KBB) yang disebut sortimen AIII
Diameter 30 cm ke atas (naik dengan kelipatan diameter 1 cm)
Panjang 0,4 - 10,00 m naik dengan kelipatan panjang 10 cm
Panjang 10,00 m ke atas naik dengan kelipatan panjang 50 cm
![]() |
Kegiatan Pembagian Batang Pada Penebangan Hutan Secara Ilegal. Sumber : Google.com |
Dari setiap kayu yang dipotong harus
diberi jarak spilasi (penambahan ukuran), tujuannya untuk menghindarkan kesalahan atau kekurangan ukuran
panjang batang dalam
pemotongan batang. Menurut Juta (1954) pembagian batang dan penggergajiannya sangat dipengaruhi
oleh :
a.
Syarat-syarat yang diminta oleh pasar.
b. Politik
penjualan kayu.
c. Kemungkinan
penyaratan dan pengangkutan.
d. Adanya
industri-industri yang mengerjakan kayu.
e. Pesanan perusahaan.
C. Penelitian dan Pengukuran Waktu Kerja
Penelitian kerja adalah istilah umum
bagi teknik-teknik, khususnya penelitian metode dan pengukuran kerja, yang digunakan dalam
pengamatan pekerjaan manusia dalam segala seginya dan yang secara sistematis
menjurus ke penyelidikan dari semua faktor yang mempengaruhi dayaguna serta
hemat cermatnya
keadaan yang sedang diamati, agar dapat diperoleh perbaikan (International
Labour Office 1979). Menurut Soemitro (1976) diacu dalam Andhika (2003), pengukuran
kerja adalah teknik
menentukan waktu untuk mengerjakan suatu tugas tertentu berdasarkan
pada isi pekerjaan tersebut ditambah suatu prosentase kelelahan dan
keterlambatan. Untuk tujuan penelitian waktu kerja adalah untuk
menentukan waktu standar suatu pelaksanaan kerja, yaitu waktu yang diperlukan
oleh seorang pekerja berpengalaman dan ahli dalam pelaksanaan kerja dengan cara
tertentu dan berkecepatan normal.
Menurut Barnes (1958) diacu dalam
Andhika (2003), pengukuran kerja digunakan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh pekerja yang berkualitas dan
terlatih dengan baik yang bekerja pada kegiatan yang normal dalam melakukan
suatu tugas yang spesifik. Dengan waktu kerja dapat diketahui hal-hal seperti
:
1. Pengaruh perubahan kondisi kerja
terhadap hasil kerja.
2. Akibat dari suatu hasil kerja.
3. Waktu yang diperlukan untuk
melakukan suatu pekerjaan.
Sanjoto (1958) menyatakan bahwa
dalam menentukan waktu kerja sering ditemukan adanya kesukaran-kesukaran yang cukup menghambat
kelancaran penelitian. Sehingga pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan oleh
setiap orang, yang hanya sekedar mampu menggunakan jam henti (stopwatch)
saja. Syarat-syarat yang diperlukan bagi seseorang yang melakukan penelitian waktu
kerja, antara lain
adalah :
1. Mempunyai pengalaman dalam bidang
yang akan ditelitinya atau setidaknya pemahaman.
2. Mempunyai sifat teliti dalam
bekerja.
3. Mengerti bahwa setiap persoalan
atau tahapan yang sederhana tidak boleh diabaikan.
4. Memiliki kemampuan analitis.
5. Dapat mengawasi pekerjaan dengan baik.
D. Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah hasil kerja
atau produksi dalam satuan kerja persatuan waktu. Banyaknya hasil kerja yang
diperoleh seorang pekerja tergantung pada alat kerja, kecakapan, kemampuan serta keadaan tempat bekerja.
Prestasi kerja
ditentukan oleh faktor-faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah (Wasono 1965,
diacu dalam Alasi 2003). Menurut Sanjoto (1958) prestasi kerja dapat ditentukan dalam
berbagai ukuran, ukuran
prestasi kerja adalah sebagai berikut :
1. Satuan untuk hasil orang sehari
Banyaknya hasil
ini bukanlah merupakan angka-angka prestasi yang obyektif,
karena akan ditetapkan tidak hanya oleh lamanya waktu kerja dan usaha kerja
saja, tetapi masih dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan tempat, cara kerja dan sebagainya.
2. Satuan bidang luas yang
dikerjakan seseorang atau alat
Satuan ini tidak obyektif karena tidak bebas dari pengaruh keadaan
yang berbeda-beda.
3. Satuan orang per jam
Satuan ini
menunjukkan waktu kerja dan walaupun kurang terpengaruh oleh
faktor-faktor seperti di
atas, tetapi masih tergantung pada kecepatan kerja dan usaha yang dibutuhkan bagi pekerja tersebut.
4. Satuan Kerja dalam sistim satuan
Bedeaux, sistim Univers dan sistim Reva
a. Sistim
satuan Bedeaux (B)
Merupakan hasil
kerja per menit dari pekerja normal yang cakap dan berpengalaman,
yang bekerja dalam keadaan dan kecepatan normal serta mendapat waktu
istirahat cukup.
b. Sistim
Univers
Sistim ini pada
prinsipnya sama dengan Bedeaux, hanya saja sistim ini dihitung dalam
0.01 jam.
c. Sistim
satuan Reva
Prinsipnya sama
dengan sistim satuan Bedeaux dan Univers. Menurut Juta (1954) untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi,
perlu dilakukan penyelidikan
terhadap apa yang akan dikerjakan oleh pekerja. Tindakan penyelidikan
itu antara lain :
1. Cara
pelaksanaan pekerjaan.
2. Sikap badan
dan gerak pada sesuatu pekerjaan.
3. Alat yang
tepat.
4. Pemakaian
otot-otot yang tertentu.
5.
Pegangan-pegangan dengan tangan.
6. Waktu
bekerja dan istirahat.
7. Pakaian.
8. Makanan.
9. Pernafasan yang baik dan teratur, dan berhubung dengan itu sikap
gerak badan yan
tepat.
Wasono (1965) diacu dalam Alasi
(2003) bahwa prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja atau produksi dalam satuan kerja per satuan
waktu. Prestasi kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
dimana :
P = Prestasi kerja per jam yang dicapai (M3/jam)
h = waktu kerja (menit)
Hk = Hasil kerja (M3)
E. Faktor-faktor Pengaruh Prestasi Kerja
Menurut Soekartika (1980) diacu
dalam Alasi (2003), prestasi kerja yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain metode
dan cara kerja,
alat-alat kerja dan lain-lain. Wasono (1965) diacu dalam Alasi (2003) mengemukakan bahwa prestasi kerja yang
dihasilkan seorang pekerja tergantung kepada alat kerja, kecakapan dan keadaan
lapangan di mana ia bekerja. Dalam kegiatan penebangan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja
penebangan. Faktor-faktor tersebut adalah cuaca, topografi, kerapatan
tumbuhan bawah, diameter pohon, performance alat, dan keterampilan serta motivasi
operator. Untuk mendapat prestasi kerja penebangan yang tinggi semua pekerjaan
harus diorganisir, harus berjalan menurut rencana, bila tidak akan kacau
balau. Penebang yang satu dengan yang lain tidak boleh mengganggu. Agar prestasi
kerja penebangan meningkat, maka selalu harus bekerja dengan alat-alat yang tajam dan
baik (Juta 1954).
DAFTAR PUSTAKA
Alasi M. 2003. Prestasi kerja
penebangan jati (Tectona grandis) [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Andhika E.K. 2003. Prestasi kerja
penebangan akasia dengan Chainsaw Sthill 044
dalam sistem geng di Unit VI Lubuk Guci Wilayah II Benakat [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Bachtiar R. 1989. Hubungan Prestasi
Kerja Penebangan Menggunakan Gergaji Mesin
dan Prestasi Kerja Penyaradan di BKPH Manglayang Timur KPH Sumedang [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Hidayat D. 2000. Analisis elemen
kerja penebangan [skripsi].
Bogor (ID). Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
International Labour Office. 1979.
Penelitian Kerja dan Penelitian Metode. Penerjemah:
Wetik, J.L. Jakarta (ID):
Erlangga.
_____________________ . 1979.
Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja. Penerjemah:
Wetik, J.L. Jakarta (ID):
Erlangga.
Juta, E.H.P. 1954. Pemungutan Hasil
Hutan. Jakarta (ID) : Timun Mas.
Perum Perhutani. 1999. Pedoman
Penyelenggaraan Pemanenan Hutan. Jakarta (ID) : Perum
Perhutani.
Sanjoto. 1958. Metodik Penyelidikan
Waktu Elementer. Bogor (ID) :
Pengumuman Istimewa Lembaga Pusat Penelitian
Kehutanan, No.12.
Comments
Post a Comment