Dormansi benih dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan benih
hidup untuk berkecambah pada suatu kisaran
keadaan yang luas yang dianggap menguntungkan
untuk benih tersebut. Dormansi dapat disebabkan karena tidak mampunya benih secara total untuk
berkecambah atau hanya karena bertambahnya
kebutuhan yang khusus untuk perkecambahnnya (Byrd 1968). Menurut Schmidth (2002), dormansi
benih menunjukkan suatu keadaan benih- benih sehat (viable) gagal berkecambah
ketika berada dalam kondisi yang secara normal
baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai.
Perkembangan perkecambahan biji Sumber : Google.com |
Gardner et al. (1991) mengemukakan bahwa tekanan seleksi
selama ribuan tahun pembudidayaan
sebenarnya menghilangkan dormansi pada tanaman
budidaya. Kebanyakan biji tanaman budidaya cepat berkecambah setelah pemasakan dan pengeringan,
atau pengawetan dengan pengeringan. Tanaman
budidaya yang lama belum dibudidayakan seringkali menunjukkan dormansi sampai tingkat tertentu dan
memerlukan kondisi khusus atau waktu penyimpanan
yang lebih panjang sebelum berkecambah. Tekanan seleksi alam selama evolusi telah menghasilkan
tanaman dengan biji dorman dan/atau kuncup
dorman sebagai adaptasi terhadap periode saat lingkungan tidak menguntungkan seperti yang dijumpai
pada daerah beriklim sedang. Dormansi
diklasifikasikan dalam berbagai cara dan tidak ada sistem yang berlaku secara universal. Secara
umum tipe-tipe dormansi dapat dikelompokan menjadi
(Schmidth 2002) :
1)
Embrio yang belum berkembang
Benih dengan pertumbuhan embrio yang belum berkembang pada saat penyebaran tidak akan dapat
berkecambah pada kondisi perkecambahan normal
dan karenanya tergolong kategori dorman. Fenomena ini sering kali dimasukkan ke dalam kategori
dormansi fisiologis, dengan memperhatikan kondisi
morfologis embrio yang belum matang.
2)
Dormansi mekanis
Dormansi mekanis dapat terlihat ketika pertumbuhan embrio secara fisik dihalangi struktur kulit benih
yang keras. Imbibisi dapat terjadi tetapi radicle
tidak dapat membelah atau menembus kulitnya. Pada dasarnya hampir semua benih yang mempunyai
dormansi mekanis mengalami keterbatasan
dalam penyerapan air.
3)
Dormansi fisik
Dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang keras dan impermeable atau
penutup buah yang menghalangi imbibisi dan pertukaran gas. Fenomena ini sering disebut
sebagai benih keras, meskipun istilah ini sering
digunakan untuk benih legum yang kedap air.
4)
Zat-zat penghambat
Beberapa jenis benih mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah
perkecambahan, misalnya dengan menghalangi proses
metabolisme yang diperlukan untuk perkecambahan. Zat-zat penghambat yang paling sering
dijumpai ditemukan dalam daging buah. Gula,
coumarin dan zat-zat lain dalam buah berdaging mencegah perkecambahan karena tekanan osmose
yang menghalangi penyerapan.
5)
Dormansi cahaya
Sebagian besar benih dengan dormansi cahaya hanya berkecambah pada kondisi terang. Sehingga benih
tersebut disebut dengan peka cahaya. Dormansi
cahaya umumnya dijumpai pada pohon-pohon pioner.
6)
Dormansi suhu
Istilah dormansi suhu digunakan secara luas mencakup semua tipe dormansi, suhu berperan dalam
perkembangan atau pelepasan dari dormansi. Benih
dengan dormansi suhu seringkali memerlukan suhu yang berbeda dari yang diperlukan untuk proses
perkecambahan. Dormansi suhu rendah ditemui
pada kebanyakan jenis beriklim sedang.
7)
Dormansi gabungan
Apabila dua atau lebih tipe dormansi ada dalam jenis yang sama, dormansi harus dipatahkan baik
melalui metode beruntun yang bekerja pada tipe
dormansi yang berbeda, atau melalui metode dengan pengaruh ganda. Dormansi benih dapat menguntungkan
atau merugikan dalam penanganan benih.
Keuntungannya adalah bahwa dormansi mencegah benih dari perkecambahan selama penyimpanan dan
prosedur penanganan lain. Disatu sisi, apabila
dormansi sangat kompleks dan benih membutuhkan perlakuan awal yang khusus. Kegagalan untuk
mengatasi masalah dormansi akan berakibat pada kegagalan perkecambahan pada benih (Schmidth 2002).
DAFTAR
PUSTAKA
Byrd
HW. 1968. Pedoman Teknologi Benih. Hamidin E, penerjemah. Jakarta (ID): PT
Pembimbing Masa. Terjemahan dari: Seed Technology Handbook.
Gardner
FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta (ID): Penerbit Universitas Indonesia
Schmidth
L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis.
Jakarta (ID): Direktorat Jendral Rehabilitasi
Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan.
Comments
Post a Comment