Taman
Nasional Alas Purwo yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.
283/Kpts- 11/1992 pada tanggal 26 Februari 1992 memiliki kawasan seluas 43.320
ha. Kawasan yang dikenal sebagai semenanjung Blambangan ini merupakan
perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Jawa. Berdasarkan tipe
ekosistemnya hutan di TN Alas Purwo dapat dikelompokan menjadi hutan bambu,
hutan pantai, hutan bakau, hutan tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan.
Berdasarkan administratif pemerintahan TN Alas Purwo terletak di Kecamatan
Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis
kawasan ini terletak di ujung timur pulau Jawa wilayah pantai selatan antara 8°
26' 45"- 8° 47' 00" LS dan 114° 20' 16" - 114° 36' 00"(
Hidayat 2008).
Secara umum Kawasan Taman Nasional Alas Purwo
mempunyai topografi landai yang membentang dari ketinggian mulai dari 0 – 322 m
dpl dengan puncak tertinggi Gunung Lingga Manis. Areal curam berkembang pada
batugamping berumur Miosen-Pliosen yang terangkat ke permukaan karena ada
interaksi antara Lempeng Samudera Hindia (oceanic plate) yang bertemu
dengan Lempeng Eurasia (continental plate). Proses pengangkatan yang
terjadi pada Pleistosen Tengah terus berlanjut dengan intensitas yang tidak
selalu sama mengakibatkan daerah Semenanjung Blambangan terangkat pada
ketinggian lebih dari 100 m dpl. beberapa bagian puncak bukit karst terangkat
sampai ketinggian 300 m dpl. Sejak terangkat ke permukaan, batu gamping mulai
mengalami kalsifikasi.
Pintu Masuk Taman Nasional Alas Purwo Sumber (Google.com) |
Secara fisiografis Taman Nasional Alas Purwo terdiri
atas 4 unit bentuklahan yaitu, bentuklahan fluvial, bentuklahan organik,
bentuklahan marin dan bentuklahan karst. Bentuklahan fluvial menempati daerah
bagian barat kawasan memanjang dari Teluk Pangpang sampai ke Pantai
Triangulasi. Bentuklahan organik menempati bagian tepi taman nasional, terbagi
menjadi dua yaitu daerah mangrove dan terumbu karang dengan luas yang belum
dapat dipastikan karena bersifat sangat dinamik utamanya dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut. Bentuklahan marin menempati bagian tepi berasosiasi
dengan bentuklahan organik, terbagi menjadi 5 macam bentukan yaitu; Bura,
dataran pasang surut, lagun, beting gisik dan gerong laut (marine notch).
Bentuklahan karst menempati sebagian besar wilayah ini, mulai dari Gunung
Sembulungan, Tanjung Purwo, Tanjung Bantenan dan Teluk Banyubiru, terbagi
menjadi 3 bentukan utama yaitu; perbukitan gamping terkarstifikasi awal,
perbukitan gamping terkarstifikasi muda, dan perbukitan gamping terkarstifikasi
dewasa.
Menurut sistem klasifikasi Schmidth dan Ferguson
daerah sekitar Taman Nasional Alas Purwo memiliki tipe iklim sekitar D (agak
lembab) sampai E (agak kering). Secara administrasi Kawasan Taman Nasional Alas
Purwo masuk dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi sehingga untuk data iklim
kawasan Taman Nasional Alas Purwo diperoleh dari Stasiun Meteorologi
Banyuwangi. Berdasarkan hasil pengukuran Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada
tahun 2012, didapatkan untuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo memiliki curah
hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Curah hujan bulanan mulai dari 0 – 500
mm, dengan bulan basah terjadi pada bulan Nopember sampai Mei dan bulan kering
terjadi pada bulan Juni sampai Oktober.
Jenis tanah di kawasan Taman Nasional Alas Purwo
terdiri atas 4 kelompok, yaitu (1) tanah komplek Mediteran Merah-Litosol seluas
, (2) tanah Regosol Kelabu, (3) tanah Grumosol Kelabu dan (4) tanah Alluvial
Hidromorf. Jenis tanah Alluvial hidromorf merupakan jenis tanah yang
mendominasi di TN Alas Purwo. Jenis tanah ini mempunyai ciri-ciri fisik warna
kelabu, bertekstur liat, dan memiliki permiabilitas (water run off)
lambat. Jenis tanah ini biasanya banyak digenangi oleh air sehingga warnanya
tua kelabu sampai kehitaman. Daerah penyebarannya terdapat di berbagai
ketinggian tetapi umumnya di dataran rendah dengan daerah relative datar sampai
bergelombang. Jaringan sungai di kawasan Taman Nasional Alas Purwo
berpola radial karena leher semenanjungnya menyempit. Aliran airnya langsung
mengarah ke laut (Samudera Hindia dan Selat Bali). Sungai di kawasan Alas
Purwo, secara umum berupa sungai-sungai kecil (aliran kurang dari 10 m dengan
panjang kurang dari 5 Km), namun jumlahnya sangat banyak (sekitar 70 buah).
Beberapa sungai, seperti Sunglon Ombo dan Sungai Pancur, berhubungan dengan
sungai bawah tanah yang mengalir di bawah kompleks perbukitan/ lipatan kapur
(daerah karst).
Secara umum terdapat lebih dari 700 jenis tumbuhan
yang telah teridentifikasi di kawasan dan terbagi dalam 123 famili. Verbenaceae
dan Poaceae merupakan famili yang memiliki jumlah jenis terbanyak. Jika dilihat
berdasarkan pengelompokan tempat tumbuh, tumbuhan dataran rendah memiliki jenis
terbanyak, disusul tumbuhan pantai, dan tumbuhan mangrove. Tumbuhan dataran
rendah didominasi oleh bambu yang tersebar di bagian tepi kawasan dan
berasosiasi dengan tumbuhan pantai dan tumbuhan dataran rendah lainnya.
Keberadaan jenis bambu Alas Purwo pernah dilaporkan mencapai 13 jenis, namun
berdasarkan hasil pendataan terakhir yang dilakukan teridentifikasi sedikitnya
10 jenis bambu, sedangkan beberapa jenis lain sudah tidak dijumpai lagi saat
ini, seperti bambu wulung, bambu rampal dan bambu petung. Tumbuhan pantai merupakan tumbuhan dengan jenis
penyusun terbanyak kedua setelah tumbuhan dataran rendah. Sebagai kawasan yang
memiliki panjang pantai lebih dari 100 km dan karakteristik lokasi yang berbeda
antara satu dengan lainnya, TN Alas Purwo memiliki banyak jenis tumbuhan pantai
dengan tumbuhan khas Sawo Kecik (Manilkara
kauki). Mangrove merupakan tumbuhan yang terdapat pada daerah
pasang surut. Di dalam kawasan TN Alas Purwo terdapat 26 jenis mangrove sejati
yang terbagi dalam 13 famili. Terdapat dua jenis tumbuhan mangrove yang
termasuk dalam jenis langka global yaitu Ceriops decandra dan Scyphiphora
hydrophyllacea.
Satwa Liar Taman Nasional Alas Purwo (Sumber Google.com) |
Sampai saat ini tercatat ditemukan 63 jenis
herpetofauna yang terdiri 15 jenis amfibi dan 48 jenis reptil. Diantara jenis
herpetofauna yang ada di kawasan, terdapat 6 jenis reptil yang dilindungi oleh
peraturan di Indonesia, yaitu penyu lekang/ abu-abu (Lepidochelys olivacea),
penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata),
penyu belimbing (Dermochelys coriacea), biawak abu-abu (Varanus
nebulosus) dan ular sanca bodo (Python molurus). Aves di Taman
Nasional Alas Purwo, ditemukan 302 jenis. Merak Hijau merupakan jenis aves yang
menjadi primadona dan dapat dijumpai dengan mudah di kawasan. Aktivitas merak
sangat menarik untuk diamati, terutama saat mereka kawin. Keberadaanya mudah
dijumpai dari mulai pintu masuk Rowobendo, Feeding Ground Sadengan
dan sepanjang jalan menuju Ngagelan. Waktu terbaik untuk mengamati merak adalah
bulan Agustus-Oktober. Beberapa jenis burung lain yang mudah dilihat
diantaranya Elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster), Elang ular
bido (Spilornis cheela), ayam hutan hijau (Galus varius), ayam
hutan merah (Gallus gallus), kuntul kecil (Egreta garzeta),
mentok rimba (Cairina scutulata), rangkong badak (Buceros rhinoceros),
merak hijau (Pavo muticus), Dara laut jambul (Sterna bergii) dan
cekakak jawa (Halcyon cyanoventris).
Ditemukan 50 jenis mamalia di Taman
Nasional Alas Purwo. Diantara mamalia tersebut yang menjadi spesies kunci bagi
Taman Nasional Alas Purwo adalah Banteng. Banteng (Bos javanicus)
merupakan salah satu jenis satwa mamalia ruminansia besar yang elok dan sudah
langka, khususnya di Indonesia hanya terdapat di Pulau Jawa, Kalimantan.
Banteng mempunyai tubuh yang tegap, besar dan kuat dengan bahu depan lebih
tinggi daripada bagian belakang. Di kepalanya terdapat sepasang tanduk, pada
banteng jantan dewasa tanduknya berwarna hitam mengkilat, runcing dan
melengkung ke depan sedangkan pada banteng betina tanduknya lebih kecil dan
melengkung ke belakang. Selain banteng, beberapa jenis
mamalia yang dijumpai di kawasan TNAP yaitu rusa (Cervus
timorensis), ajag (Cuon alpinus), babi hutan (Sus scrofa),
kijang (Muntiacus muntjak), macan tutul (Panthera pardus), lutung
budeng (Tracypithecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) jelarang (Ratufa bicolor), rase (Vivericula indica),
linsang (Prionodon linsang), luwak (Paradoxurus hermaprhoditus),
garangan (Herpestes javanicus) dan kucing hutan (Felis bengalensis).
sangat menarik
ReplyDelete