Tanah
merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia
tanah. Tanah adalah permukaan lahan yang kontinyu menutupi kerak bumi kecuali
di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak pegunungan, daerah salju
abadi. Tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah
atau dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya yang meliputi bahan organik
yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Tanah adalah lapisan kulit bumi
bagian atas yang terbentuk dari pelapukan batuan dan bahan organik yang hancur
oleh proses alamiah. Tanah berfungsi sebagai tempat menanam tanaman pertanian,
perkebunan dan kehutanan (Suharto 2013).
Konservasi
tanah merupakan penempatan sebidang tanah pada cara penggunaan tanah yang
sesuai kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
dibutuhkan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad 2010). Konservasi tanah
dalam arti luas adalah penempatan tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebar dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti sempit konservasi
tanah diartikan sebagai upaya untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan
memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi (Suharto 2013). Usaha konservasi tanah
bertujuan untuk (1) mencegah erosi, (2) memperbaiki tanah yang rusak, dan (3)
memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan
secara berkelanjutan. Konservasi air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke
tanah dan mengatur waktu aliran air agar tidak terjadi banjir yang merusak pada
musim hujan dan terdapat cukup air pada musim kemarau (Arsyad 2010).
Menurut
Arsyad (2010), metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu : (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik, dan (3) metode kimia. Metode
vegetatif dan mekanik merupakan teknik konservasi yang banyak digunakan di
kebun kelapa sawit. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian
tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh,
mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi
erosi tanah (Arsyad 2010). Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik
yang diberikan pada tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran
permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode
mekanik meliputi pengolahan tanah, guludan, teras, penghambat (check dam),
waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad 2010).
Konservasi
tanah dan air metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring
dengan menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah. Metode vegetatif
yaitu metode konservasi lahan kritis dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan
tujuan dan pola tanam tertentu (Suharto 2013). Metode vegetatif adalah
penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang
jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya
mengurangi erosi tanah (Arsyad 2006). Metode vegetatif tersebut misalnya
penanam tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip,
pergiliran tanaman, serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. Tanaman penutup
tanah ini dapat mencegah atau mengendalikan bahaya erosi, berfungsi memperbaiki
struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian
unsur hara, dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif dengan
penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar
tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai
pupuk hijau) (Suharto 2013).
Pengelolaan
tanah dengan metode penanaman tanaman penutup tanah berfungsi dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah
dan air karena memiliki sifat memelihara kestabilan struktur tanah melalui
sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah. Penutupan lahan oleh
seresah dan tajuk yang akan mengurangi evaporasi dan dapat meningkatkan
aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah
sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi (Suharto
2013). Tanaman penutup tanah berfungsi sebagai pelindung permukaan tanah dari
daya disperse dan daya penghancuran oleh butir-butir hujan, memperlambat
aliran permukaan, memperkaya bahan-bahan organik tanah serta memperbesar
porositas tanah (Kartasapoetra et al 2000).
Tanaman
penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari
ancaman kerusakan oleh erosi. Selain itu, tanaman penutup tanah juga digunakan
untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah baik pada sistem pergiliran
tanaman maupun dalam sistem rehabilitasi lahan kritis. Menurut Kartasapoetra et
al. (2000), terdapat beberapa syarat penggunaan tumbuhan sebagai tanaman
penutup tanah dan dipergunakan dalam sistem pergiliran tanaman, yaitu : (a)
Tidak menjadi kompetitor bagi tanaman utama dalam pemanfaatan sumberdaya alam.
(b) Pertumbuhan cepat, rapat dan rimbun. (c) Mampu bersaing dengan gulma. (d) Tidak
menjadi inang bagi hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman utama.
Menurut
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1986), beberapa peran tanaman
penutup tanah adalah menahan atau mengurangi kerusakan akibat butiran hujan dan
aliran air di permukaan tanah, menambah bahan organik tanah, dan melakukan
transpirasi yang mengurangi kadar air tanah saat kadar air tanah tinggi.
Tanaman penutup tanah berfungsi untuk mengurangi pengaruh air hujan terhadap
erosi terutama pada topografi yang miring. Pengaruh vegetasi terhadap aliran
permukaan dan erosi dapat melalui: intersepsi air hujan oleh mahkota tajuk
tanaman, mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan air, pengaruh akar
dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman dan pengaruhnya terhadap porositas tanah,
transpirasi yang mengakibatkan keringnya tanah (Cook 1962). Tanaman penutup
tanah juga efektif dalam memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah
dan memperkaya bahan-bahan organik tanah serta memperbesar porositas tanah
(Butler 1955).
Menurut
Arsyad (2010), peningkatan kandungan bahan organik tanah akibat adanya tanaman
penutup tanah ternyata dapat memperbaiki sifat tanah, seperti meningkatkan
ketahanan struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air hujan yang jatuh, serta menambah unsur hara. Adanya tanaman penutup
tanah akan berpengaruh positif terhadap lingkungan terutama dalam penurunan
emisi gas rumah kaca karena dengan melakukan penanaman tanaman penutup tanah
dapat meningkatkan penyerapan karbon CO2 oleh tanaman dari lingkungan. Tanaman
memerlukan CO2 dalam proses fotosintesis sehingga lingkungan yang ditumbuhi
banyak tanaman dalam hal ini tanaman penutup tanah dapat menurunkan kadar CO2
di lingkungan.
Pupuk
organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau
peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Misalnya bungkil, guano,
tepung tulang dan sebagainya. Karena pupuk organik berasal dari bahan organik
yang mengandung segala macam unsur maka pupuk ini pun mengandung hampir semua
unsur (baik makro maupun mikro). Hanya saja, ketersediaan unsur tersebut
biasanya dalam jumlah yang sedikit. Penggunaan pupuk organik yang dipadukan
dengan penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan
pengurangan penggunakan pupuk kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering.
Telah banyak dilaporkan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk
organik dan pupuk kimia secara terpadu. Penggunaan pupuk kimia secara bijaksana
diharapkan memberikan dampak yang lebih baik dimasa depan. Tidak hanya pada
kondisi lahan dan hasil panen yang lebih baik, tetapi juga pada kelestarian
lingkungan (Sutono 1999).
Sumber
utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik serupa
sampah-sampah tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati.
Sumber bahan organik lainnya adalah hewan. Bahan–bahan organik Universitas
Sumatera Utara yang berasal dari serasah, sisa-sisa tanaman yang mati, limbah
atau kotoran hewan dan bangkai hewan itu sendiri, didalam tanah akan
diaduk-aduk dan dipindahkan oleh jasad renik yang selanjutnya dengan kegiatan
berbagai jasad tanah bahan organik itu melalui berbagai proses yang rumit
dirombak menjadi bahan organik tanah yang mempunyai arti penting (Sutino 1999).
Pertanaman
lorong (alley cropping) adalah konservasi tanah dengan sistem bercocok tanam
barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis
kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar, sedangkan tanaman semusim ditanam
pada lorong di antara tanaman pagar (Suharto 2013). Sistem budidaya lorong
adalah suatu sistem dimana tanaman pagar pengontrol erosi berupa barisan
tanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur, sehingga membentuk
lorong-lorong dan tanaman semusim berada diantara tanaman pagar tersebut. Hasil
penelitian Haryati et al. (1995) tentang sistem budidaya lorong di
Ungaran pada tanah
Typic Eutropepts, dilaporkan bahwa sistem ini merupakan teknik konservasi yang
cukup murah dan efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan serta
mampu mempertahankan produktivitas tanah. Hasil kajiannya pada penerapan budi
daya lorong di beberapa negara yang tergabung dalam ASIALAND Teknik Konservasi
Tanah Secara Vegetatif Sloping Land Project yang meliputi Indonesia, Filipina,
Laos dan Vietnam.
Penanaman
budidaya lorong akan mengurangi 5-20% luas lahan efektif untuk budidaya
tanaman, sehingga dipilih dari jenis tanaman yang mampu mengembalikan unsur
hara kedalam tanah, misalnya tanaman penambat nitrogen (N2) dari udara,
menghasilkan banyak bahan hijauan, tahan terhadap pemangkasan dan dapat tumbuh
kembali secara cepat setelah pemangkasan, tingkat persaingan terhadap kebutuhan
hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh dengan tanaman utama tidak tinggi,
tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun). Apabila bahan hijauan
digunakan untuk pakan ternak, maka pupuk kandang yang dihasilkan dikembalikan
untuk memupuk tanaman pokok agar kesuburan lahan dapat dipertahankan (Sutono et
al. 1999).
Tipe-tipe
tanaman lajur berselang adalah : (a) Countur strip cropping, adalah penanaman
berselang berdasarkan garis kontur. (b) Field strip cropping, digunakan untuk
kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur dapat melewati garis kontur,
tetapi tanaman tidak melewati garis kontur. (c) Wind strip cropping, digunakan
pada lahan yang datar atau kelerengan yang tidak tajam dengan jalur tanaman
tegak lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur searah dengan
kelerengan. (d) Buffer strip cropping, adalah lajur tanaman yang diselingi
dengan lajur rumput atau legume sebagai penyangga. (e) Countur planting adalah
menanam secara kontur. Menanam secara dilakukan pada kelerengan 15 –18 % dengan
tujuan untuk memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menanam secara kontur adalah: (1)
Pergiliran tanaman (crop rotation). (2) Reboisasi atau penghijauan. (3)
Penanaman saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran
pembuang agar tidak rusak. (Suharto 2013).
Pertanaman beganda merupakan sistem bercocok
tanam dengan menanam beberapa jenis tanaman secara bersamaan, disisipkan, atau
digilir. Cara bercocok tanam ini dapat dibedakan menjadi (1) tumpang sari atau
penanaman beberapa jenis tanaman secara bersamaan seperti tanaman jagung dan
ketela pohon, (2) penanaman beruntun dengan menanam dua atau lebih jenis
tanaman seperti kedelai yang ditanam setelah tanaman padi dipanen, (3) tumpang
gilir dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman dimana tanaman kedua ditanam
setelah tanaman pertama berbunga. Selain itu, ada pula penanaman dua atau lebih jenis tanaman dengan
menggunakan tanaman leguminosa nun pangan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesuburan tanah (Wibowo 2004).
Sistem
silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari, namun yang ditanam di
sela-sela tanaman kehutanan (kayu-kayuan) bukan tanaman pangan melainkan
tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dll. Ada beberapa bentuk
silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain (a) tanaman pakan di hutan
tanaman industri, (b) tanaman pakan di hutan sekunder, (c) tanaman pohon- pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan (d)
tanaman pakan sebagai pagar hidup (Suharto 2013).
Pemulsaan
merupakan suatu usaha melindungi tanah dengan suatu bahan penutup tanah. Dari
pengertian ini mulsa diartikan sebagai penutup tanah yang dapat melindungi
tanah dari pengaruh iklim yang berbeda – beda (Paiman, 1993). Pemulsaaan
merupakan suatu cara memperbaiki tata udara tanah dan juga tersedianya air bagi
tanaman (dapat diperbaiki). Selain itu pemberian mulsa dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman yang baru ditanam (Barus, 2006). Mulsa ada dua jenis yaitu
mulsa organik dan mulsa anorganik. Mulsa organik adalah mulsa yang berasal dari
sisa panen, tanaman pupuk hijau atau limbah hasil kegiatan pertanian, yang
dapat menutupi permukaan tanah. Seperti jerami, eceng gondok, sekam bakar dan
batang jagung yang dapat melestarikan produktivitas lahan untuk jangka waktu
yang lama (Lakitan, 1995). Mulsa anorganik adalah mulsa yang terbuat dari
bahan-bahan sintesis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik
adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak, atau karung. Mulsa ini
dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak
tanam. Fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan pertumbuhan gulma,
mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi
permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan
sinar matahari. Juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama
struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Thomas et al.,
1993).
Pengelompokan
Tanaman dalam Suatu Bentang alam (landscape) merupakan pengelompokan jenis
tanaman dengan mengikuti kebutuhan air yang sama sehingga irigasi dapat
dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman. Teknik
konservasi lahan kritis seperti ini dilakukan dengan cara mengelompokkan
tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu landscape.
Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan kemudahan dalam melakukan
pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan hanya diberikan sesuai kebutuhan
tanaman sehingga air dapat dihemat.
Keuntungan metode vegetatif adalah mudah tersedia di areal
pertanian. Fungsinya untuk melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan
(rain drops), sehingga energi kinetis air hujan yang mengakibatkan erosi
percikan (splah erosion) dapat dipatahkan sebelum membentur permukaan tanah dan
dapat memperlambat aliran permukaan berarti dapat melindungi tanah dari bahaya
erosi permukaan (sheet erosion) (Suharto 2013).
Konservasi Tanah dan Air. Sumber : Google.com |
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air.
Bogor (ID) : IPB Press.
Barus WA. 2006. Pertumbuhan dan produksi cabai
(Capsicum annuum L.) dengan penggunaan mulsa dan pemupukan. PK. J.
Pertanian. Vol 4 (1): 41-44.
Butler MD. 1955. Conserving Soil. New
Jersey (US) : D. Van Nostrand.
Cook RL. 1962. Soil Management for
Conservation and Production. New York (US) : John Wiley& Sons.
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan.
1986. Tanaman Pupuk Hijau dan Tanaman Pionir untuk Konservasi Tanah. Jakarta
(ID) : Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan.
Haryati, Haryono U, Abdurachman A. 1995.
Pengendalian erosi dan aliran permukaan serta produksi tanaman dengan berbagai
teknik konservasi pada tanah Typic Eutropepts di Ungaran, Jawa Tengah. Penel
Tanah dan Pupuk. 13: 40-50.
Kartasapoetra G, Kartasapoetra AG, Sutedjo MM.
2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Edisi II. Jakarta (ID) :
Rineka Cipta.
Lakitan B,. 1995. Hortilkultura. Teori,
Budaya, dan Pasca Panen. Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada.
Paiman.1993. Peranan Mulsa Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Budidaya. Yogyakarta (ID) : UGM.
Thomas
et.al. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Seri Manajemen No.
134. Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Suharto S B . 2013. Modul Pelatihan
Konservasi Tanah Dan Air.Jakarta (ID) : Strengthening Community Based
Forest and Watershed Management.
Sutono S , Dariah A . (1999). Teknik Konservasi
Tanah dan Air. Bogor (ID) : Balai Penelitian Tanah.
Wibowo
D N. 2004. Strategi Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Banyumas (ID) :
Universitas Sudirman.
Comments
Post a Comment