Empat
komponen dasar dari sistem penginderaan jauh adalah target, sumber energi, alur
transmisi, dan sensor. Komponen dalam sistem ini berkerja bersama untuk
mengukur dan mencatat informasi mengenai target tanpa menyentuh obyek tersebut.
Sumber energi yang menyinari atau memancarkan energi elektromagnetik pada
target mutlak diperlukan. Energi berinteraksi dengan target dan sekaligus
berfungsi sebagai media untuk meneruskan informasi dari target kepada sensor.
Sensor adalah sebuah alat yang mengumpulkan dan mencatat radiasi
elektromagnetik. Setelah dicatat, data akan dikirimkan ke stasiun penerima dan
diproses menjadi format yang siap pakai, diantaranya berupa citra. Citra ini
kemudian diinterpretasi untuk menyarikan informasi mengenai target. Proses
interpretasi biasanya berupa gabungan antara visual dan automatic dengan
bantuan computer dan perangkat lunak pengolah citra.
Data
citra satelit dikirim ke stasiun penerima dalam bentuk format digital mentah
merupakan sekumpulan data numerik. Unit terkecil dari data digital adalah bit,
yaitu angka biner, 0 atau 1. Kumpulan dari data sejumlah 8 bit data
adalah sebuah unit data yang disebut byte, dengan nilai dari 0 – 255.
Dalam hal citra digital nilai level energy dituliskan dalam satuan byte.
Kumpulan byte ini dengan struktur tertentu bisa dibaca oleh software dan
disebut citra digital 8-bit. Data
penginderaan jauh dapat
berupa foto udara
dan citra satelit.
Foto udara memiliki kelebihan
resolusi spasialnya yang
halus sehingga objek
berukuran kecil (tergantung skala
foto) dapat direkam, kenampakan objek seperti wujud sebenarnya di lapangan,
serta secara teknik penggunaannya mudah hanya memerlukan peralatan yang
sederhana. Sedangkan kelemahan foto
udara adalah resolusi
temporalnya rendah, cakupan
liputannya sempit, biayanya lebih mahal jika dibandingkan dengan luasan yang
sama dengan citra satelit (Somantri 2008).
Penginderaan jauh merupakan ilmu untuk memperoleh informasi
tentang obyek, daerah, atau gejala dengan cara analisis data yang diperoleh
dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau
gejala tersebut. Data penginderaan jauh dapat diperoleh melalui hasil rekaman
sensor yang dipasang baik pada pesawat terbang, satelit, pesawat ulang alik,
atau wahana lainnya. Sensor tersebut akan menghasilkan data yang berbeda-beda
sesuai dengan letak ketinggian sensor maupun karakteristik obyek yang dikaji
(Sutanto, 1986).
Salah satu satelit yang digunakan untuk penginderaan jauh ini
adalah Landsat, yang sekarang telah mencapai generasi Landsat-8. Satelit
Landsat-8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager (OLI) danThermal
Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah kanal sebanyak 11 buah. Di antara
kanal-kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada OLI dan 2 lainnya (band 10
dan 11) pada TIRS. Sebagian besar kanal memiliki spesifikasi mirip dengan
Landsat-7 (Andana 2015).
Indeks vegetasi
adalah besaran nilai kehijauan vegetasi yang diperoleh dari pengolahan sinyal
digital data nilai kecerahan (brightness) beberapa kanal data sensor
satelit. Untuk pemantauan vegetasi, dilakukan proses perbandingan tingkat
kecerahan kanal cahaya merah (red) dan infra merah dekat (near infra
red/NIR). Penyerapan cahaya merah oleh klorofil dan pemantulan cahaya infra
merah dekat oleh jaringan mesofil pada daun akan membuat nilai kecerahan yang
diterima sensor satelit melalui kanal-kanal tersebut akan jauh berbeda. Pada
daratan tanpa vegetasi, termasuk wilayah perairan dan pemukiman, lahan kosong
terbuka, atau kondisi vegetasi yang rusak, tidak dapat memberikan nilai rasio
yang tinggi pada perbandingan nilai kanal-kanal tersebut. Dan sebaliknya pada
daratan dengan vegetasi yang rapat dan kondisi sehat, perbandingan nilai kedua
kanal tersebut memberikan nilai yang sangat tinggi (Andana 2015).
Informasi
data kerapatan vegetasi dan perubahannya, luas lahan, dan keadaan dilapangan
dapat dideteksi dari teknik penginderaan jauh dengan menggunakan citra satelit
salah satunya adalah Landsat 8. Landsat 8 mempunyai ukuran rentang yang berbeda
dari frekuensi sepanjang spektrum elektromagnetik warna, meskipun tidak selalu
warna terlihat dengan mata manusia. Setiap rentang disebut sebuah band, dan
Landsat 8 memiliki 11 band (Purwanto 2o15).
Berdasarkan
hasil penegolahan band komposit pada tabel 2 dapat dilihat perbandingan warna
pada masing-masing band komposit dari indeks yang sama seperti indeks vegetasi
rapat, pada indeks vegetasai wana band komposit 4-3-2 lebih menunjukkan hijau
gelap, pada band komposit 6-5-3 menunjukkan warna hijau cerah sedangkan pada
band komposit 5-4-3 menunjukkan warna merah. Hal ini disebabkan karena
perbedaan panjang gelombang pada masing-masing band terhadap indeks seperti
vegetasi. Band 4 memiliki panjang gelombang atau persen respon spectral yang kecil terhadap vegetasi sedangkan tinggi
terhadap tanah, band 6 memiliki panjang gelombang atau persen respon
spectral yang besar terhadap vegetasi
sedangkan kecil terhadap bagan air, sedangkan band 5 memiliki panjang gelombang
atau persen respon spectral yang besar
terhadap vegetasi sedangkan kecil terhadap bagan air. Sehingga ketika band di
input ke PC yang memiliki display R-G-B maka band yang paling besar persen
respon spectral terhadap indeksnya akan memunculkan warna sesuai urutan band
tersebut diinput pada PC. Hal ini juga berlaku pada display grayscale namun
warna yang ditampilkan yakni derajat keabuan, semakin besar respon spectral
terhadap indeksnya maka semakin terang/abu warnanya.
Komputer membaca data citra sampai pada
tingkatan piksel dimana tiap piksel penyusun citra dikuantifikasi menjadi
Digital Number (DN). Citra tergambarkan karena sensor satelit menerima
gelombang elektromagnetik dari obyek. Intensitas gelombang yang tertangkap
sensor inilah yang diwakili oleh nilai Digital Number (DN). Tipe penutupan lahan berupa hutan tertutup tajuk atau lahan
terbuka akan memantulkan gelombang elektromagnetik dengan intensitas yang
berbeda satu dengan lainnya. Kondisi ini mengakibatkan nilai DN yang berbeda
pula. Analisis citra digital dengan komputer pada prinsipnya melakukan operasi
matematik terhadap nilai Digital Number pada beberapa komponen sensor (band)
yang berbeda sehingga menghasilkan nilai tertentu yang menggambarkan
karakteristik obyek. Secara umum nilai DN berbanding
lurus dengan nilai reflektansi. Semakin tinggi nilai DN suatu objek, maka nilai
reflektansi yang dihasilkan juga akan semakin tinggi.
Beberapa objek memiliki
variasi nilai DN dan reflektan yang cukup jauh. Padahal menurut Arhatin R E
(2007), penutupan lahan yang sama akan memiliki sifat-sifat reflektansi (nilai
DN) yang sama. Salah satu objek yang memiliki variabilitas nilai reflektan dan
DN adalah awan. Nilai DN dan reflektansi awan dipengaruhi oleh ukuran awan
tersebut. Reflektansi awan cumulus yang memiliki diameter 1 km, akan
menghasilkan reflektan yang lebih tinggi dibandingkan dengan awan
cumulus lain dengan ukuran yang lebih kecil. Sebenarnya nilai reflektan dan DN dari tiap
objek memiliki variasi, namun tidak sejauh seperti yang terjadi pada awan.
Nilai reflektansi badan air dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kedalaman
air dan tingkat kekeruhan. Reflektan pemukiman lebih dipengaruhi oleh jenis
bahan yang digunakan pada bangunan tersebut. Atap yang menggunakan bahan seng
berwarna putih / silver memiliki nilai reflektan yang lebih tinggi. Nilai
reflektan pada objek vegetasi dipengaruhi oleh kandungan klorofilnya. Semakin
hijau tua dan lebat suatu kanopi, maka nilai reflektanya semakin rendah. Nilai DN dapat
dikonversi menjadi nilai reflektan gelombang yang ditangkap oleh sensor satelit
Landsat 8. Masing-masing band memiliki kepekaan khusus terhadap
reflektan yang dihasilkan oleh tiap tutupan lahan.
Selain itu kondisi keawanan
dapat mempengaruhi nilai reflektan keseluruhan dari suatu citra optic. Satelit
Landsat merupakan satelit pasif yang mengandalkan matahari sebagai sumber
energy. Kondisi keawanan akan mempengaruhi jumlah radiasi matahari yang
mencapai objek di bumi. Kondisi ini dapat memicu terjadinya perbedaan reflektan
suatu objek yang sama apabila dianalisis dari citra yang diambil pada waktu
yang berbeda. Penghamburan oleh aerosol lebih kuat pada panjang gelombang yang
lebih pendek dimana ukuran partikel sama dengan panjang gelombang radiasi.
Absorbsi aerosol akibat gas (ozone, uap air, dan oksigen) akan mengurangi nilai
kecerahan.
Gambar 1 Digital Number Berbagai Tutupan Lahan Landsat 8 (OLI) |
DAFTAR PUSTAKA
Andana E K.2015.Pengembangan Data Citra Satelit Landsat-8 untuk Pemetaan Area Tanaman
Holtikultura dengan Berbagai Metode Alogaritma Indeks Vegetasi[Karya Tulis]. Surabaya: ITS Press.
Arhatin R E. 2007. Pengkajian
Algoritma Indeks Vegetasi dan Metode Klasifikasi Mangrove dari Data Satelit
Landsat-5 TM dan Landsat-7 ETM+: Studi Kasus di Kabupaten Berau, Kalimantan
Timur [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Indarto.2009. Identifikasi
dan Klasifikasi Peruntukan Lahan Menggunakan Citra Aster. Jurnal Media Teknik Sipil.. Vol 9(1):1-8.
Maspiyanti F. 2013. Klasifikasi Fase
Pertumbuhan Padi Berdasarkan Citra
Hiperspektral dengan Modifikasi Logika Fuzzy (paddy growth stages classification based on hyperspectral image using modified fuzzy
logic). Jurnal Penginderaan Jauh.Vol
10 (1): 41-48.
Purwanto A.2015. Pemanfaatan Citra Landsat 8 untuk
Identifikasi Normalized Difference Vegetation Iindex (ndvi) di Kecamatan
Silat Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal
Edukasi.Vol 13(1): 27-36.
Somantri L.2008. Pemanfaatan
Teknik Penginderaan Jauh untuk Mengidentifikasi Kerentanan dan Resiko Banjir. Jurnal Gea. Vol 8(2): 1-6.
Sutanto, 1994. Penginderaan
Jauh Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Comments
Post a Comment