Hutan
hujan tropika berasal dan berkembang dari campuran spesies-spesies yang hidup
pada kondisi miskin hara, tersebar merata, membutuhkan cahaya dan membentuk
struktur mosaic yang kasar. Keadaan tersebut terus berkembang ke arah
hutan klimaks dengan jumlah pohon toleran yang lebih banyak sejalan dengan
kematian pohon-pohon yang tumbuh sebelumnya (Whitemore 1984).
Hutan
Sekunder Bekas Tebangan
Kegiatan penebangan yang dilakukan oleh perusahaan pemegang ijin usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) pada hutan alam berpengaruh terhadap
kondisi lingkungan dan karakteristik tegakan yang ada. Whitemore (1984)
menyatakan bahwa kerusakan terbesar terutama terjadi pada pohon-pohon yang
memungkinkan untuk dieksploitasi.
Keadaan
pohon yang ditinggalkan setelah penebangan sangat menentukan komposisi dan
struktur hutan selanjutnya. Richard (1964) mengemukakan bahwa hutan primer dan
strukturnya yang teratur akan berubah menjadi kelompok-kelompok hutan sekunder
yang tidak teratur susunannya setelah dilakukan penebangan pohon yang
terseleksi.
Hutan Kerangan . Sumber : Mongabay.com |
Karakteristik
Tegakan
Karakteristik tegakan hutan dapat dilihat dari kondisi lingkungan dan
kondisi tegakan itu sendiri yang meliputi jumlah, jenis, dimensi dan strukturnya.
Salah satu karakteristik tegakan yang penting dalam pengelolaan hutan alam
adalah struktur tegakan (horizontal). Secara umum, definisi struktur tegakan
yaitu penyebaran fisik dan temporal dari pohon-pohon dalam tegakan.
Penyebarannya dapat berdasarkan jenis, pola penyebaran vertikal atau
horizontal, ukuran pohon atau volume pohon, termasuk volume tajuk (Oliver dan
Larson 1990).
Struktur
tegakan dapat dibedakan atas struktur tegakan vertikal dan struktur tegakan
horizontal. Menurut Meyer et al. (1961), struktur tegakan horizontal
adalah sebaran jumlah pohon per satuan luas dalam berbagai kelas diameternya.
Penyebaran diameter bergantung pada proporsi relatif dari pohon-pohon yang
berdiameter kecil dan besar dalam hutan tersebut. Bentuk struktur tegakan
horizontal hutan alam pada umumnya mengikuti persamaan eksponensial negatif
yaitu menyerupai huruf J-terbalik dengan model umum N = N0e-kD, dengan N =
jumlah pohon per satuan luas, D = diameter pohon, N0 = konstanta yang
menunjukkan kerapatan tegakan pada kelas diameter rendah, e = bilangan Napier
dan k = konstanta yang menunjukkan laju atau tingkat penurunan jumlah pohon (N)
setiap kenaikan diameter pohon.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief A. 2001. Hutan
dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius.
Husch B, Thomas WB, John
AK Jr. 2003. Forest Mensuration 4th edition. New Jersey: John Wiley
& Sons,Inc.
Meyer HA, AB Recknagle,
DD Stevenson, RA Bartoo. 1961. Forest Management Second edition. London:
The Ronald press.
Oliver CD, Larson BC.
1990. Forest Stand Dynamics. New York: Mc Graw Hill Inc.
Richard PW. 1964. The
Tropical Rain Forest : an Ecological Study. Cambridge: Cambridge University
Press.
Soerianegara I, A
Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan.
Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Whitemore TC. 1984. Tropical
Rain Forest of The Far East 2nd.ed. London: Claredon press.30
Comments
Post a Comment